Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Bank Central Asia (BCA) Tbk menetapkan pembayaran dividen untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp 120 per unit saham. Dengan ketentuan, dividen tunai tersebut akan diperhitungkan dengan dividen interim tahun buku 2013 sebesar Rp 45 per unit saham, yang telah dibayarkan kepada para pemegang saham pada 17 Desember lalu.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja menjelaskan, dengan demikian, sisa dividen per saham untuk tahun buku 2013 yang akan dibayarkan perseroan adalah sebesar Rp 75 per unit saham.
"Para pemegang saham telah memberikan persetujuan atas laporan tahunan termasuk laporan keuangan perseroan serta penggunaan laba perseroan selama tahun 2013. Untuk dividen kami telah sepakat, dengan pembagian interim yang lalu Rp 45 per unit saham, finalnya menjadi tambahan Rp 75 per unit saham, jadi total Rp 120 per unit saham," ujar Jahja di Jakarta, Senin (7/4).
Menurut Jahja, pembagian dividen kepada para pemegang saham setara dengan 20,9% atau senilai Rp 2,9 triliun dari total laba yang didapat bank dengan kode emiten BBCA pada tahun buku 2013.
"Pembagian dividen akan dilakukan sesuai dengan jadwal," ujar Jahja.
Jahja menambahkan, persentase pembagian dividen BBCA memang lebih rendah dibanding dividen tahun 2012. Dimana, persentase pembagian dividen pada 2012 mencapai 23,9% dari laba perseroan. Namun, angka absolut pembagian dividen pada 2012 hanya sebesar Rp 43,5 per unit saham dan Rp 71 per unit saham.
Sementara, porsi pembagian dividen BBCA 2013 berdasarkan persentase hanya sebesar 20,9% dari total laba perseroan. Namun, angka absolut pembagian dividen meningkat menjadi Rp 45 per unit saham ditambah Rp 75 per unit saham.
Jahja menyebutkan, berkurangnya persentase porsi pembagian dividen adalah lantaran perseroan ingin menambah modal. "Kami butuh peningkatan modal untuk persiapan basel III. Karena untuk basel III butuh modal yang lebih tinggi. Tapi, angka absolut pembagian dividen tetap kami usahakan untuk lebih tinggi dari tahun sebelumnya, untuk absolut terus meningkat," kata Jahja.
Lebih lanjut Jahja mengungkapkan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BBCA pada tahun 2013 lalu sebesar 15,74%. Angka tersebut naik pada Januari 2014 lalu menjadi lebih dari 17%.
Lonjakan CAR pada awal tahun ini, lantaran laba ditahan yang dilakukan oleh perseroan. Dimana, profit BBCA pada 2013, sebesar 50% merupakan laba ditahan. Jahja optimis, jika pertumbuhan penyaluran kredit BBCA tahun 2014 ini mencapai 15%, maka CAR perseroan pun akan kembali bertambah.
"Awal tahun CAR sudah jadi 17% lebih. Kalau kredit tumbuh hanya tumbuh 15% misalnya, saya kira CAR akan bertambah," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News