Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Adapun Direktur Business Support Bank Woori Sadhana Priatmadja menyatakan pinjaman berupa fasilitas kredit modal kerja tersebut memang direncanakan untuk mendukung likuiditas perseroan, terutama mengerek net stable funding ratio (NSFR).
Sadhana bilang, efek pinjaman modal kerja lebih besar terhadap NSFR dibandingkan melalui skema pasar uang antar bank (PUAB). Sepanjang 2020 NSFR perseroan memang sedikit tergerus, per Maret 2020 sebesar 104,57%, sedangkan akhir tahun lalu berada pada level 107,11%.
Baca Juga: BCA kucurkan pinjaman Rp 1 triliun kepada Bank QNB
Penurunan terjadi akibat meningkatnya biaya dana pada tahun lalu.
“Jika melalui PUAB, efek kepada NSFR tidak besar. Pinjaman tersebut memang diniatkan untuk memenuhi NSFR kami. Selain itu, pemegang saham juga berkomitmen membantu likuiditas kami jika dibutuhkan. Sedapat mungkin kami akan memenuhi likuiditas tanpa skema bank jangkar,” katanya kepada Kontan.co.id belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News