Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi
"Ditambah lagi kondisi likuiditas yang cukup ketat. Upaya kami untuk mengimbangi hal tersebut adalah dengan mendorong pendapatan yang bersumber dari pendapatan lain berbasis fee based income sehingga dapat meminimalisir tekanan dari meningkatnya biaya dana untuk menjaga margin keuntungan," kata Yuddy kepada Kontan, Senin (27/5).
Adapun untuk mendorong pendapatan berbasis komisi tersebut, pihaknya akan fokus pada layanan dan pengembangan fitur-fitur transaksi agar nasabah lebih nyaman dalam menggunakan produk tabungan dan e-channel Bank BJB, sehingga ini dapat mendorong peningkatan transaksi nasabah.
Sejalan dengan itu Yuddy menyebut pihaknya terus melakukan upaya efisiensi, dimana per Maret 2024 biaya operasional Bank BJB telah menurun sebesar 4,5%.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan juga menyebut tantangan tahun ini masih seputar beban bunga yang tinggi atau cost of fund. Setidaknya ini juga yang menggerus pendapatan bunga bersih CIMB Niaga secara bank only turun dari Rp 3,21 triliun menjadi Rp 3,03 triliun pada Kuartal I-2024.
Adapun beban bunga yang tinggi tersebut tercatat naik dari Rp 1,89 triliun menjadi Rp 2,48 triliun pada Kuartal I-2024. Alhasil rasio NIM CIMB Niaga susut dari 4,71% menjadi 4,20% per 31 Maret 2024.
Untuk mengimbangi tingginya cost of fund tersebut, CIMB Niaga telah menaikkan suku bunga dasar kreditnya (SBDK) sebesar 25 bps sejak Februari lalu.
"Mau tidak mau kita harus rasional, jika bunga DPK tetap tinggi maka bunga kredit juga harus naik, bukan hanya untuk mempertahankan margin tapi juga untuk tetap profit setelah biaya kredit," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News