Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menurunnya performa kinerja laba bersih sejumlah bank-bank bermodal mini yang berada di jajaran KBMI I dan KBMI II disebabkan tingginya tekanan beban bunga sebagai dampak dari tren suku bunga tinggi yang sudah menggerogoti perbankan sejak tahun lalu.
Tercatat, ada sejumlah bank yang membukukan penurunan performa laba bersih pada Kuartal I-2024. Penurunan laba bersih tersebut justru terjadi saat kredit dan dana pihak ketiga (DPK) mampu tumbuh tinggi.
Ambil contoh PT Bank J Trust Indonesia Tbk, penurunan performa kinerja laba bersih bank ini cukup dalam, yakni sampai 39% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 37,84 miliar pada Kuartal I-2024.
Padahal jika dilihat kinerja kredit dan dana pihak ketiga (DPK) Bank J Trust justru tumbuh tinggi di angka dua digit, dimana kredit tumbuh 30,15% dan DPK tumbuh 31,70% YoY pada Kuartal I-2024.
Baca Juga: Simpanan Nasabah di Atas Rp 5 Miliar Tumbuh 9,1% Per Maret 2024
Direktur Bisnis Bank J Trust Widjaja Hendra mengatakan, salah satu penyebab penurunan performa kinerja laba perseroan tersebut adalah membengkaknya beban bunga pada Kuartal I-2024.
"Lebih disebabkan naiknya cos of funding untuk mendukung pertumbuhan kredit di tahun 2023," kata dia kepada Kontan, Selasa (7/5).
Jika melihat laporan keuangan Bank J Trust, beban bunga bank ini membengkak sebesar 45,53% YoY menjadi Rp 527,27 miliar pada Kuartal I-2024. Alhasil pendapatan bunga bersih hanya mampu tumbuh mini sebesar 0,16% menjadi Rp 197,27 miliar.
Belum lagi berimbas pada beban operasional yang juga ikut membengkak dari Rp 149,8 miliar menjadi Rp 154,16 miliar pada Kuartal I-2024.
Melihat hal tersebut, Widjaja menyebut pihaknya akan berupaya untuk menurunkan beban biaya dana atau cost of funding dengan menjaring pendanaan yang bersumber dari dana murah (CASA), melalui program-program yang menarik untuk meningkatkan CASA.
Sementara itu untuk mempertahankan pertumbuhan kredit, Widjaja menyebut pihaknya juga akan fokus pada sektor-sektor industri yang masih bertumbuh.
"Kami akan fokus pada sektor potensial dengan pricing yang memadai dan sesuai dengan risk appetite Bank J Trust untuk meningkat pendapatan bunga," jelasnya.
Bank lain yang labanya tergerus pada kuartal I 2024 di antaranya adalah PT Bank BTPN Syariah Tbk yang labanya turun 37,8% menjadi Rp 264 miliar. Lalu laba PT Bank MNC Internasional Tbk turun 32% jadi Rp 14,85 miliar dan PT Bank Ina Perdana yang turun 44% menjadi Rp 32,8 miliar.
Baca Juga: Risiko Kredit Perbankan di Segmen UMKM Mulai Meningkat Seiring Kenaikan Suku Bunga
PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) juga mencatatkan penurunan performa laba bersih, yakni turun sebesar 1,98% secara tahunan menjadi Rp 364,26 miliar pada Kuartal I-2024. Periode sebelumnya BJB mencatat laba bersih Rp 371,64 miliar.
Di sisi lain, segmen kredit dan dana pihak ketiga (DPK) justru tumbuh tinggi di angka dua digit.
Penyebab menurunnya laba bersih BJB di kuartal I-2024 adalah membengkaknya beban bunga mencapai 28,7% YoY menjadi Rp 2,22 triliun. Alhasil berdampak pada penurunan pendapatan bunga bersih menjadi Rp 1,62 triliun, merosot 4,6% YoY.
Direktur Utama BJB Yuddy Renaldi mengatakan, tantangan suku bunga tinggi di industri perbankan masih berlangsung di tahun ini, untuk itu pihaknya akan menggenjot pertumbuhan dana murah (CASA) serta menyalurkan kredit ke segmen potensial tahun ini.
"Tahun 2024 penuh tantangan, bank perlu lebih konservatif dalam ekspansi bisnis," kata dia.
Lebih lanjut Yuddy menyebut di tengah tantangan ekonomi dan suku bunga, ekspansi akan dilakukan secara selektif dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi perekonomian yang ada sekaligus menjaga margin yang sehat.
"Kami juga terus berusaha untuk meningkatkan kucuran kredit di berbagai segmen bisnis yang potensial sehingga diharapkan akan semakin mampu meningkatkan kinerja," jelasnya.
Di sisi lain, dengan faktor kenaikan suku bunga yang masih menjadi tantangan bagi sektor perbankan, BJB akan terus mengoptimalkan berbagai potensi bisnis lain, termasuk untuk meningkatkan pendapatan melalui produk layanan berbasis komisi atau fee based income.
Hal ini juga akan dilakukan dengan memanfaatkan ekosistem digital serta berbagai produk layanan berbasis teknologi dan wealth management.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News