Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Sementara meski secara kredit BNI tumbuh paling tinggi, dari sisi laba bersih bank berlogo 46 ini harus puas mencatat laba Rp 7,63 triliun atau hanya naik 2,7% yoy saja. Realisasi kenaikan tersebut lebih rendah dari periode semester I 2018 yang sempat naik 16% secara tahunan.
Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menuturkan perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya beban bunga dan biaya dana perseroan.
Baca Juga: Bank Mandiri raup pendapatan Rp 1,91 triliun dari pemulihan kredit bermasalah
Jika melihat presentasi perusahaan, pada Semester I 2019 memang pendapatan bunga kotor bank berlogo 46 ini hanya tumbuh 9,4% yoy menjadi Rp 28,59 triliun. Sedangkan beban bunga tumbuh deras mencapai 26,2% yoy menjadi Rp 10,98 triliun.
Secara rasio biaya dana atau cost of fund (CoF) pun terkerek naik ke angka 3,2% di kuartal II 2019, lebih tinggi dari empat taun terakhir. "Loan ini dominan penyalurannya di kuartal II 2019, jadi kurang maksimal," katanya Selasa (23/7) lalu.
Sementara itu dari segi laba bersih, BRI menduduki urutan bank paling untung di semester I 2019 dengan total perolehan laba mencapai Rp 16,3 triliun tumbuh 12,01% yoy secara bank only.
Baca Juga: Bank BUMN mulai menyetor modal ke LinkAja
Realisasi tersebut praktis melampaui pencapaian laba bersih Bank Mandiri di Semester I 2019 yang tumbuh 11,11% yoy menjadi Rp 13,5 triliun dari tahun sebelumnya Rp 12,2 triliun.
Selain itu juga menyalip laba bersih BCA yang mencatatkan laba Rp 12,86 triliun per kuartal II 2019 atau tumbuh 12,6% secara tahunan.
Adapun, perolehan laba BRI tersebut utamanya ditopang dari pendapatan operasional dan pendapatan bunga yang masing-masing tumbuh 14,79% dan 12,1% secara yoy.