kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini rincian kinerja keuangan empat bank terbesar di Indonesia, siapa jawaranya?


Kamis, 01 Agustus 2019 / 19:30 WIB
Begini rincian kinerja keuangan empat bank terbesar di Indonesia, siapa jawaranya?


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fungsi intermediasi empat bank besar Tanah Air yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tumbuh kinclong di paruh pertama 2019.

Dari keempat bank tersebut, BNI terpantau mencetak pertumbuhan kredit paling tinggi yakni menembus 20% secara year on year (yoy) menjadi Rp 549,23 triliun.

Disusul oleh BCA yang mencatatkan total kredit tumbuh 11,5% yoy dari Rp 506,95 triliun menjadi Rp 565,23 triliun pada periode yang sama.

Baca Juga: Suku bunga BI turun, bunga KPR malah naik? 

Meski belum mengumumkan laporan keuangan semester I 2019, BRI dalam laporan keuangan bulan Juni 2019 juga mencatat pertumbuhan kredit dua digit mencapai Rp 844,95 triliun atau naik 11,32% yoy secara bank only.

Sementara itu, Bank Mandiri belum mencatatkan pertumbuhan kredit dua digit di semester I 2019 alias baru tumbuh 9,5% yoy secara konsolidasi. Walau secara bank only, kredit Bank Mandiri masih tumbuh 12,1% yoy menjadi Rp 690,5 triliun.

Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan pertumbuhan tersebut ditopang oleh dua segmen utama, yakni corporate dan retail yang berfokus pada kredit micro dan consumer.

Baca Juga: BPD Kalbar dan Kaltara catatkan pertumbuhan laba bersih 33,4% di semester I-2019

“Untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan, kami juga berupaya menjaga komposisi kredit produktif dalam porsi yang signifikan, yakni 77,4% dari total portofolio kredit Bank Mandiri dengan penyaluran kredit investasi mencapai Rp 242,3 triliun dan kredit modal kerja mencapai Rp 319,3 triliun” jelasnya, Rabu (11/7) lalu.

Sementara meski secara kredit BNI tumbuh paling tinggi, dari sisi laba bersih bank berlogo 46 ini harus puas mencatat laba Rp 7,63 triliun atau hanya naik 2,7% yoy saja. Realisasi kenaikan tersebut lebih rendah dari periode semester I 2018 yang sempat naik 16% secara tahunan.

Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menuturkan perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya beban bunga dan biaya dana perseroan.

Baca Juga: Bank Mandiri raup pendapatan Rp 1,91 triliun dari pemulihan kredit bermasalah

Jika melihat presentasi perusahaan, pada Semester I 2019 memang pendapatan bunga kotor bank berlogo 46 ini hanya tumbuh 9,4% yoy menjadi Rp 28,59 triliun. Sedangkan beban bunga tumbuh deras mencapai 26,2% yoy menjadi Rp 10,98 triliun.

Secara rasio biaya dana atau cost of fund (CoF) pun terkerek naik ke angka 3,2% di kuartal II 2019, lebih tinggi dari empat taun terakhir. "Loan ini dominan penyalurannya di kuartal II 2019, jadi kurang maksimal," katanya Selasa (23/7) lalu.

Sementara itu dari segi laba bersih, BRI menduduki urutan bank paling untung di semester I 2019 dengan total perolehan laba mencapai Rp 16,3 triliun tumbuh 12,01% yoy secara bank only.

Baca Juga: Bank BUMN mulai menyetor modal ke LinkAja

Realisasi tersebut praktis melampaui pencapaian laba bersih Bank Mandiri di Semester I 2019 yang tumbuh 11,11% yoy menjadi Rp 13,5 triliun dari tahun sebelumnya Rp 12,2 triliun.

Selain itu juga menyalip laba bersih BCA yang mencatatkan laba Rp 12,86 triliun per kuartal II 2019 atau tumbuh 12,6% secara tahunan.

Adapun, perolehan laba BRI tersebut utamanya ditopang dari pendapatan operasional dan pendapatan bunga yang masing-masing tumbuh 14,79% dan 12,1% secara yoy.

Meski begitu, pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BRI masih belum berada di puncaknya lantaran baru tumbuh 4,79%. Masih mini-nya pertumbuhan NII disebabkan beban bunga yang melambung naik 31,72% yoy per Juni 2019 menjadi Rp 18,73.

Baca Juga: Alhamdulillah, pembiayaan syariah Adira Finance tumbuh 57% di semester I 2019

Beban bunga yang meningkat ini bisa jadi dikarenakan adanya upaya pemupukan dana pihak ketiga (DPK) BRI hingga semester I 2019 untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.

Tercatat total DPK bank bersandi saham BBRI (anggota indeks Kompas100) ini meningkat sebanyak 12,78% yoy dari Rp 766,63 triliun di Juni 2018 menjadi Rp 898,47 triliun.

Nah, dari jumlah tersebut terlihat simpanan berjangka alias deposito tumbuh sangat deras mencapai 15,1% secara tahunan menjadi Rp 371,28 triliun. Lebih tinggi dibandingkan dana murah (CASA) yang tumbuh 11,2% yoy menjadi sekitar Rp 527,19 triliun per Juni 2019.

Baca Juga: BRI targetkan modal BRI Ventura mencapai Rp 1,5 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×