Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
Selanjutnya, holding nantinya akan mengelola risiko dengan reasuransi. Didit menyebut dengan bernaung dalam satu holding, maka penempatan reasuransi BUMN akan bisa ditingkatkan.
Baca Juga: Ingin kelola dana Rp 543,6 triliun, begini strategi BPJAMSOSTEK di 2020
Lanjut Ia, dengan seperti ini jelas keberpihakan holding adalah membagi di domestik, nanti ada Indonesia Re atau Nasional Re. Dampak tidak langsungnya paling tidak adalah mengurangi CAD di sektor jasa, tapi jumlahnya mungkin belum signifikan tetapi paling tidak, tidak memperburuk.
Direktur Utama Perum Jamkrindo Randi Anto menyatakan dengan adanya holding ini maka Jamkrindo bisal melakukan sinergi dan efisiensi. Terutama dalam bidang teknologi informasi lantaran Jamkrindo bisa memanfaatkan IT yang paling bagus dari anggota Holding.
“Holding itu untuk kami banyak menolong karena dari sisi efisiensi, sinergi, optimalisasi jaringan, saya tidak harus buka jaringan sendiri. Saya bisa tumpang share kantor seperti co-worker sekarang. Untungnya lebih banyak,” tutur Randi, Rabu (5/2).
Direktur Utama Askrindo Andrianto Wahyu Adi masih belum mau banyak berkomentar terkait rencana holding ini. Namun ia mengaku siap berperan sebagai anggota holding asuransi dan penjaminan BUMN ini.
Baca Juga: Ini strategi perusahaan asuransi tutupi kerugian investasi
“Kami kan hanya anggota, kalau yang soal ini yang aktif pemegang saham. Kami akan ikuti arah pemegang saham. Kayanya bulan depan sudah, katanya. Tanyanya ke BUMN, jangan ke sini. Tapi Askrindo siap,” ujar Andrianto.