Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. LinkAja, platform pembayaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus melakukan pembenahan diri sebelum resmi diluncurkan usai Lebaran tahun ini. Meskipun belum diluncurkan, platform ini digadang-gadang tidak hanya sebatas alat pembayaran saja tetapi akan dikembangkan bisa melakukan layanan keuangan lain seperti lending dan penjualan asuransi atau reksadana.
Sementara dalam aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), satu perusahaan teknologi keuangan (tekfin) hanya boleh menjalankan satu jenis bisnis misalnya fokus pada pembayaran saja atau fokus ke peer to peer landing.
Lalu bagaimana cara LinkAja (PT Fintek Karya Nusantara/ Finarya) masuk ke bisnis lending jika aturannya tidak memungkinkan. Sebelumnya, Kartika Wirjoatmodjo , Direktur PT Bank Mandiri Tbk mengatakan, LinkAja ditargetkan bisa melayani pemberian pinjaman mulai akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menjelaskan, saat ini LinkAja memang sudah mendapatkan izin dari Bank Indonesia (BI) sebagai wallet. Namun, secara bertahap, akan disiapkan untuk bisa melayani lending banking.
Caranya dengan menjalin kerjasama dengan financial teknologi yang bergerak di bidang peer to peer lending yang sudah ada saat ini.
"Untuk masuk lending ini memang masih persiapan. Skemanya nanti, Finarya akan bekerjasama dengan berbagai fintech per to per lending yang sudah ada, bukan bikin sendiri. LinkAja nanti akan melakukan analisis data terhadap pengguna aktif untuk melihat jenis nasabah sehingga kami bisa mengarahkan nasabah itu kepada vendor yang cocok dengan kebutuhan mereka." jelas Siddik pada Kontan.co.id baru-baru ini.
Siddik menambahkan, Finarya saat ini belum mulai mengajukan izin ke OJK terkait rencana masuk ke lending banking. Pasalnya, masih banyak hal-hal yang harus mereka persiapkan. Saat ini, fokus perusahaan baru sebatas membuat bisnis modelnya dulu.
Adapun modal utama LinkAja untuk melangkah ke dari platform pembayaran ke bisnis lainnya berangkat dari analisis data nasabah. Siddik meyakini pengguna LinkAja akan semakin banyak. Dalam beberapa bulan saja, perkembangannya sudah cukup pesat. Total pengguna yang terdaftar di LinkAja sudah mencapai 32 juta dengan pengguna aktif sekitar 3,5 juta.
Lewat data pengguna aktif itu, LinkAja akan membangun costumer data based. Dari pola, volume dan frekuensi transaksi nasabah, perusahaan akan bisa menganalisis kategori nasabah tersebut sehingga bisa mengetahui layanan apa yang paling dibutuhkan si nasabah.
"Kalau dari analisis, profil nasabah mahasiswa maka ini akan kita arahkan ke vendor A, kalau profilnya sudah pengusaha kecil akan kita arahkan ke provider C dan sebagainya. Tidak hanya untuk lending, begitu juga nanti kalau masuk ke reksadana atau insurance." jelas Siddik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News