Reporter: Arif Budianto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi kinerja sektor perbankan sepanjang tahun 2022. Salah satu yang menjadi perhatian Jokowi adalah rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan yang makin kuat.
“Tadi saya lihat tingkat permodalan CAR berada di angka 25,68%, ini lebih tinggi dibandingkan pra pandemi yang berada di angka 23,31%, ini baik,” ujar Presiden dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2023 di Jakarta, Senin (7/2).
Beberapa bank besar pun akan berupaya menjaga rasio kecukupan modal di level yang aman.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), misalnya, saat ini mencatat CAR secara konsolidasi berada di level 19,7%, sedangkan untuk bank-only berada di angka 19,5%.
“Pada tahun 2023 ini, kami menargetkan CAR secara bank-only maupun konsolidasi untuk dapat berada di angka 18%-20%. Angka tersebut merupakan angka yang optimal sehingga dapat menjaga profitabilitas bank,” ujar Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo kepada Kontan.co.id, Selasa (7/2).
Baca Juga: Yuk Intip Rekomendasi Saham Bank Mandiri (BMRI) di Tengah Rencana Stock Split
Sigit mengungkapkan, untuk menjaga CAR tersebut, Bank Mandiri melakukan sejumlah langkah. Seperti memaksimalkan return dari setiap modal yang disalurkan. Dalam hal ini adalah dengan memaksimalkan rasio return on risk weighted asset (RORWA).
“Salah satu strategi yang telah kami jalankan adalah dengan mendorong cross selling yang berfokus pada fee income maupun dana murah dan juga memaksimalkan return dari anak perusahaan,” kata Sigit.
Bank Mandiri juga akan terus mendorong efisiensi modal (capital) dengan mendorong nasabah untuk mendapatkan rating independent yang akan menurunkan pembebanan risk weighted asset kepada nasabah tersebut.
“Terakhir, kami juga terus menjaga rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang optimal sehingga Bank Mandiri dapat memberikan nilai tambah kepada shareholders dan di sisi lain juga menjaga rasio kecukupan modal secara sehat,” ujar Sigit.
Sigit menambahkan, CAR yang sehat dapat memberikan rasa aman kepada pemegang saham maupun stakeholder Bank Mandiri.
“CAR yang sehat juga dapat memberikan Bank Mandiri keleluasaan dalam ruang tumbuh yang lebih agresif. Sebagai contoh, Bank Mandiri menargetkan kredit untuk tetap tumbuh diatas pasar dalam beberapa tahun ke depan dengan strategi yang berfokus pada ekosistem nasabah wholesale bank yang kami miliki,” imbuhnya.
Sementara, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan CAR sebesar 25,8% di tahun 2022. Rasio kecukupan modal tersebut naik tipis dari tahun sebelumnya yang sebesar 25,7%.
“Posisi permodalan tersebut kami pandang cukup memadai untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul, serta untuk menopang aktivitas usaha dan pengembangan bisnis secara berkelanjutan,” kata Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn kepada Kontan.co.id, Selasa (7/2).
BCA terus berupaya posisi permodalan tetap terjaga pada level yang memadai. Hal itu ditopang dari pencapaian kinerja yang solid sepanjang tahun 2022 serta prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang positif.
Hera bilang, BCA senantiasa berkomitmen menyalurkan kredit secara pruden dan menjaga pertumbuhan kredit yang berkualitas.
"Kami akan mengkaji peluang di berbagai sektor, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin," kata Hera.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai, rata-rata CAR perbankan yang di atas 20% artinya sudah jauh di atas batas aman.
“Ini juga mengindikasikan bank terlalu berhati-hati, belum menjalankan fungsi utamanya sebagai lembaga intermediasi,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (7/2).
Piter menyebut, penyaluran kredit perbankan terlalu rendah yang ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit di tahun 2022 dikisaran 11%-12%.
“Dengan pertumbuhan kredit yang rendah LDR (loan to deposit ratio) perbankan selama pandemi menurun drastis hingga di bawah 90%,” sebutnya.
Namun, Piter bilang, ini bukan karena bank pelit menyalurkan kredit tetapi kondisi pandemi memang berdampak pada turunnya permintaan kredit. Bahkan, kata dia, kredit yang sudah ada banyak yang perlu direstrukturisasi.
Bagi bank penyaluran kredit adalah sumber penerimaan atau keuntungan utama. Namun, lanjut dia, untuk perbankan di Indonesia terutama bank-bank besar, mereka memiliki alternatif penempatan dana dengan keuntungan besar.
“Yaitu surat utang pemerintah dan instrumen moneter. Oleh karena itu meskipun tidak banyak menyalurkan kredit bank-bank di indonesia terutama bank besar masih mendapatkan keuntungan yang tinggi,” jelasnya.
Lebih lanjut Piter menambahkan, tren peningkatan nilai CAR masih akan terus berlanjut ke depannya. Meski begitu, kata Piter, terdapat hal yang perlu dicermati perbankan.
“Penyaluran kredit meskipun tumbuh tetapi dengan tingkat NPL (Non-Performing Loan) yang terjaga akan menyebabkan CAR masih akan di level yang tinggi,” imbuhnya.
Baca Juga: Fitch Ratings Naikkan Peringkat BRI Menjadi BBB dan AAA (idn) dengan Outlook Stabil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News