Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) industri financial technology (fintech) lending mengalami penurunan yang cukup signifikan pada periode Mei 2023 menjadi 87,13%, dibandingkan Mei 2022 yang senilai 103,78%.
Artinya, industri P2P lending alias pinjaman online (pinjol) di Indonesia semakin efisien dalam menjalankan bisnisnya, seiring penurunan rasio BOPO tersebut. Lantas bagaimana perkembangan rasio BOPO dari para pemain fintech lending tersebut hingga sejauh ini?
Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menyatakan bahwa rasio BOPO Akseleran masih di atas 100% pada semester I tahun 2023, begitupun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Targetnya mulai kuartal 4 tahun ini kami sudah profitable secara konsisten dan rasio BOPO kami sudah di bawah 100%,” ujarnya kepada Kontan.co.id, dikutip Selasa (1/8).
Baca Juga: Ini Upaya OJK untuk Perlindungan Konsumen di Industri P2P Lending
Ivan mengungkapkan untuk mencapai target BOPO di bawah 100% tersebut terdapat dua hal yang bakal dilakukan Akseleran. Pertama, dengan menaikkan pendapatan, penyaluran pinjaman, meningkatkan fee atau margin usaha baik. Dengan fee lebih tinggi dari penerima pinjaman maupun menurunkan bunga kepada pemberi pinjaman.
“Hal ini kami lakukan dengan hati-hati dan gradual sejak tiga tahun terakhir, di mana pendapatan kami naik rata-rata lebih dari 100% per tahun dikarenakan kenaikan volume pinjaman serta kenaikan net take rate dari setiap penyaluran pinjaman,” ungkapnya.
Adapun langkah kedua, lanjut Ivan, dengan menjaga efisiensi usaha termasuk dengan memangkas biaya-biaya operasional yang ada.
“Kami terus berusaha untuk mencapai titik optimal,” tandasnya.
Country Head Indonesia Modalku Arthur Adisusanto menyampaikan, rasio BOPO Modalku masih dalam kondisi stabil pada semester I 2023, dibandingkan semester II 2022 lalu. Sayangnya dia tak menyebutkan berapa nilai BOPO tersebut.
“Saat ini Modalku konsisten untuk tetap bijak dalam pengeluaran perusahaan dan fokus terhadap kesehatan finansial perusahaan,” katanya kepada Kontan.
Arthur menjelaskan, BOPO dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti volume pinjaman, manajemen risiko, tingkat bunga serta biaya collection pendanaan bermasalah. Selain itu, kata dia, semakin banyak pendanaan yang berhasil diproses, biaya operasional dapat terdistribusi lebih baik, sehingga BOPO bisa menurun.
Baca Juga: Rasio BOPO Masih di Atas Industri, Begini Strategi Akseleran
“Manajemen risiko yang efektif juga dapat membantu mengurangi risiko gagal bayar (default). Dengan memperhatikan risiko kredit, biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan menjadi lebih rendah,” jelasnya.
Arthur menuturkan, dalam menekan rasio BOPO Modalku fokus meningkatkan profitabilitas perusahaan dan optimis untuk terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Selain itu, Modalku juga fokus mengembangkan fundamental dan bisnis dalam mencapai target profit perusahaan.
“Kami juga selalu berusaha untuk bijak dalam mengatur seluruh alokasi pengeluaran perusahaan seefektif mungkin agar kesehatan finansial perusahaan tetap terjaga,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News