Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli
Meski demikian, Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij bilang perseroan memang punya rencana pendanaan anorganik untuk membantu menghadapi tantangan likuidiitas saat pandemi
“Sumber likuiditas kami saat ini masih cukup ditopang DPK, meskipun kami memang ada rencana pendanaan anorganik namun saat ini masih dalam pertimbangan,” katanya kepada KONTAN, Senin (1/6).
Adapula PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) yang pada kuartal I-2020 mencatat pertumbuhan DPK perseroan tumbuh 13,76% (yoy) menjadi Rp 19.28 triliun.
Baca Juga: Penyaluran kredit Bank Sahabat Sampoerna ke sektor UMKM capai 61% di kuartal I-2020
Direktur Business Support Bank Woori Sadhana Priatamadja bilang pertumbuhan DPK Perseroan juga ditopang oleh dana murah, utamanya juga dari giro.
“Saat ini kami memang fokus untuk menghimpun dana murah, untuk deposito cenderung kami lepas karena kami tidak mau menawarkan bunga simpanan tinggi,” katanya kepada KONTAN, Senin (1/6).
Meski demikian, perlu dicatat loan to deposit ratio (LDR) perseroan cukup ketat, per Maret 2020 berada pada level 152,03%. Maklum pertumbuhan kredit perseroan melaju lebih cepat sebesar 22,86% (yoy) menjadi Rp 29,32 triliun.
Baca Juga: OJK akui kinerja sektor keuangan ikuti perlambatan ekonomi
Sadhana bilang untuk menambal likuidiitas, perseroan bakal mengandalkan pinjaman modal kerja dari sejumlah bank. Pertengahan Mei lalu, perseroan juga telah menerima pinjaman Rp 2 triliun dari BCA.
Sadhana bilang pinjaman modal kerja lebih memiliki praktis, dan berefek lebih besar terhadap net stable funding ratio (NSFR) dibanding melalui skema pasar uang antar bank (PUAB) atau pendanaan anorganik lainnya.