Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Noverius Laoli
Di sisi lain, Sadhana juga mengaku pihaknya belum tertarik memanfaatkan fasilitas pinjaman likuiditas via skema bank jangkar. Maklum, risikonya cukup besar jika terjadi gagal bayar, bank peminjam bisa ditetapkan sebagai bank gagal oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
“Sedapat mungkin kami memenuhi likuidiitas tanpa skema bank jangkar. Pemegang saham juga berkomitmen membantu likuidiitas kami jika dibutuhkan, di samping itu juga kami memiliki beberapa fasilitas pinjaman dari bank lain selain BCA,” sambungnya.
Baca Juga: Jadi penopang saat pandemi corona, bank justru akan mengerem ekspansi kredit valas
Sementara PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) juga bakal menyiapkan aksi rights issue pada kuartal III-2020 senilai Rp 500 miliar untuk mempertebal modal perseroan.
Meskipun pertumbuhan DPK perseroan sejatinya juga tumbuh mumpuni sebesar 17,89% (yoy) senilai Rp 2,20 triliun. perbandingan tersebut dihitung kumulatif dari DPK Bank Oke dan PT Bank Dinar Indonesia lantaran perseroan baru melakukan penggabungan usaha pada akhir 2019 lalu.
“Kalau dihitung secara kuartalan, kuartal I-2020 memang DPK kami cukup mepet menopang likudiitas. Makanya sejak kuartal II-2020 kami mulai gencar mencari DPK lagi. Di samping itu, kai juga akan right issue pada kuartal III,” katanya kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News