Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia trenyata juga menjadi batu sandungan bagi kinerja PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) di kuartal I-2020.
Berdasarkan laporan keuangan BSS, dalam tiga bulan pertama 2020, perbankan ini hanya berhasil mengerek 5,5% penyaluran kredit dan peningkatan 6,7% dalam penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) secara tahunan (yoy).
Asal tahu saja, penyaluran kredit BSS hingga akhir Maret 2020 tercatat Rp 8,2 triliun. Dari total kredit yang disalurkan, sebesar 61,1% disalurkan ke sektor UMKM. Sementara DPK yang berhasil dihimpun Bank Sampoerna dalam triwulan pertama ini mencapai Rp 9,1 triliun.
Baca Juga: Kuartal I-2020, Bank Sampoerna raih kinerja positif
Terkait pertumbuhan DPK, peningkatan dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 44,8% yoy menjadi hampir Rp 2,0 triliun. Sedangkan dana yang terakumulasi dalam deposito relatif tidak banyak mengalami perubahan, sebesar Rp 7,2 triliun per 31 Maret 2020.
Dengan demikian, CASA ratio Bank Sampoerna meningkat ke angka 21,4% dibandingkan dengan 15,8% pada satu tahun sebelumnya. Peningkatan akumulasi DPK dan penyaluran pinjaman yang bergerak sejalan menjadikan likuiditas Bank Sampoerna cukup baik sebagaimana ditunjukkan dengan rasio pinjaman terhadap total simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) di tingkat 89,6%.
“Bank Sampoerna memiliki struktur keuangan yang solid, selain LDR berada di tingkat yang kami nilai cukup ideal, Bank Sampoerna juga memiliki rasio kecukupan modal yang baik di tingkat 18,4%,” kata Direktur Keuangan BSS Henky Suryaputra dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Jumat (29/5).
Sejalan dengan pertumbuhan pinjaman dan DPK, pendapatan bunga bersih atawa net interest income (NIM) tumbuh 8,6% yoy dari semula Rp 161,3 miliar untuk tiga bulan pertama 2019 menjadi Rp 175,2 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Baca Juga: OJK berikan relaksasi ke lembaga keuangan mikro
Sementara beban operasional juga mengalami peningkatan yang signifikan, terutama didorong oleh peningkatan pencadangan kredit dan beban tenaga kerja.
Sejalan dengan dimulainya implementasi PSAK 71 mulai 1 Januari 2020, terdapat peningkatan pencadangan kredit secara substansial. Hal ini menyebabkan rasio pencadangan kredit terhadap non-performing loan (NPL/kredit bermasalah) pada akhir Maret 2020 melonjak sangat signifikan menjadi 116,7% dari sebelumnya 63,8% di akhir Maret 2019.
Sementara itu, perkembangan laba bersih kuartal pertama tahun 2020 juga masih baik, yakni sebesar Rp 9,8 miliar dibandingkan dengan yang dicatat pada penutupan tahun 2019 sebesar Rp 18,5 miliar. “Dengan rasio pencadangan kredit yang lebih baik, Bank Sampoerna akan lebih siap menghadapi tantangan lebih lanjut di tahun 2020 ini,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News