kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Berbagai Insentif Mengucur Saat Penyaluran KPR Meredup


Selasa, 17 Desember 2024 / 20:47 WIB
Berbagai Insentif Mengucur Saat Penyaluran KPR Meredup
ILUSTRASI. Seorang anak mengendarai sepeda listrik melintas di jalan salah satu perumahan subsidi di Kota Serang, Banten, Jumat (18/10/2024). Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi salah satu sektor yang mengalami perlambatan beberapa bulan terakhir.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi salah satu sektor yang mengalami perlambatan beberapa bulan terakhir. Alhasil, berbagai insentif dikucurkan sebagai stimulus agar penjualan rumah kembali bergairah dan berdampak pada penyaluran KPR.

Terbaru, pemerintah memutuskan kembali memberi insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) hingga 100% pada 2025. Di mana, diskon tersebut berlaku untuk pembelian rumah dengan harga jual sebesar Rp 2 miliar.

Selain menstimulus sektor perumahan yang sedang mengalami penjualan lesu, insentif ini diberikan saat pemerintah memutuskan untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Baca Juga: Sejumlah Perbankan Berhasil Salurkan 100% Kuota FLPP pada Tahun Ini

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah melanjutkan kebijakan Rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) kredit/pembiayaan properti paling tinggi sebesar 100%. Kebijakan itu juga berlaku efektif 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2025.

Di sisi lain, penyaluran KPR hingga Oktober 2024 juga tercatat tumbuh melambat. Berdasarkan data uang beredar BI, penyaluran KPR di periode tersebut hanya tumbuh 10,8% secara tahunan (YoY). Ini menjadi level pertumbuhan terendah untuk KPR selama tahun 2024 berjalan.

Executive Vice President (EVP) Consumer Loan BCA, Welly Yandoko, berpandangan bahwa perpanjangan kebijakan pemerintah yang ada saat ini seharusnya dapat memberikan dampak positif pada kenaikan bisnis KPR, maupun properti secara umum.

Namun, ia mengisyaratkan bahwa insentif yang diberikan ini bukanlah menjadi solusi atas kondisi perlambatan penyaluran KPR. Sebab, Welly bilang faktor yang berpengaruh dalam penurunan penjualan properti lebih karena adanya penurunan daya beli masyarakat.

Memang, ia menyadari bahwa faktor yang mempengaruhi dalam permintaan KPR umumnya adalah ketentuan uang muka dan suku bunga yang dikenakan kepada calon debitur KPR. 

Baca Juga: Sejumlah Perbankan Berhasil Salurkan 100% Kuota FLPP pada Tahun Ini

Hanya saja, perlambatan terjadi ketika sudah ada relaksasi LTV ditambah dengan kondisi suku bunga yang cenderung stabil sampai dengan akhir tahun 2024.

“Para analis melihat terjadinya penurunan daya beli masyarakat, yang dibuktikan dengan adanya kontraksi penurunan penjualan perumahan residensial, khususnya untuk perumahan kecil dan menengah,” ujarnya, Selasa (17/12).

Pada tahun 2025, Welly memproyekskan penyaluran KPR BCA diharapkan dapat lebih baik atau minimal sama dengan tahun 2024 ini. Sebab, masih terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi pada tahun depan seperti kondisi likuiditas perbankan yang semakin ketat, kondisi ekonomi global yang masih tidak menentu, serta daya beli Masyarakat yang masih rendah. 

“Namun didukung dengan backlog perumahan yang masih cukup besar dan adanya kebijakan pemerintah seperti program 3 juta rumah, perpanjangan insentif PPN DTP dan relaksasi LTV, kami masih optimis bahwa prospek KPR di tahun 2025 masih cukup besar,” ujarnya.

Baca Juga: Kredit Macet KPR Meningkat di Oktober 2024, Begini Respons Perbankan

Sebagai informasi, sampai dengan kuartal III/2024, KPR BCA telah menyalurkan kredit sebesar Rp 130,4 triliun, dengan total realisasi kredit sepanjang tahun 2024 ini sebesar Rp 31,5 triliun. 

Sementara itu, Corporate Secretary BTN Ramon Armando bilang langkah pemerintah melanjutkan kebijakan PPN DTP dari Januari hingga Juni 2025, serta DP 0% yang diperpanjang BI hingga 31 Desember 2025 akan memicu permintaan KPR pada tahun depan.

Ramon melihat pertumbuhan KPR masih positif hingga kini, terutama di segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui skema KPR Subsidi.

Hal ini terlihat dari adanya 44.000 debitur di BTN yang sudah mendapatkan surat persetujuan putusan kredit (SP2K) dan bangunan rumah sudah ada, mereka sudah siap akad namun kuota FLPP sudah habis sejak awal Desember 2024. 

“Hal ini menunjukkan bahwa permintaan KPR cukup tinggi terutama di segmen tertentu, namun sedikit melambat di segmen lainnya,” ujar Ramon.

Ia menilai insentif akan memicu masyarakat untuk mengambil KPR, mengingat rumah adalah kebutuhan dasar yang terkadang tidak dapat ditunda pembeliannya. Pasalnya, harga rumah cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Lebih lanjut, Ramon mengungkapkan bahwa BTN berharap pada tahun depan, pertumbuhan kredit BTN secara keseluruhan dapat lebih tinggi dari tahun ini yang berkisar antara 10% hingga 11%. Per akhir September 2024, pertumbuhan KPR BTN baik KPR Subsidi maupun Non Subsidi mencapai 10,4% YoY.

Baca Juga: Kinerja Tumbuh, Komite Ekonomi Syariah Imbau Spin Off BTN Syariah Segera Dilakukan

Di sisi lain, Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, berpendapat bahwa rumah ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. Alhasil, sampai kapanpun permintaan terhadap KPR akan tetap tinggi baik itu ada insentif atau tidak.

“Misalnya sekarang juga PPN naik 12%, sekiranya menurut saya juga nanti akan terbiasa dengan perubahan-perubahan regulasi tadi,” ujar Steffano.

Lebih lanjut, Steffano bilang hingga akhir tahun ini, KPR di Maybank Indonesia akan tumbuh di kisaran 5% hingga 6%. Di mana, pertumbuhan tersebut diproyeksikan akan tetap sekisaran itu untuk tahun 2025.

Baca Juga: BTN Telah Salurkan KPR Hampir 30.000 Unit Rumah Sejak Prabowo Jadi Presiden

Adapun, untuk segmen pasar di Maybank sendiri, Steffano menjelaskan bahwa rumah yang banyak terjual yang memiliki harga di kisaran Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar. Dengan mayoritas merupakan rumah pertama untuk nasabah.

“Tentunya kalau bunga turun, bisnis akan berjalan dan permintaan untuk rumah pun akan naik juga,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×