Reporter: Arif Ferdianto, Markus Sumartomdjon, Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - BADUNG. Mulai tahun lalu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengemban tugas baru menggarap segmen ultra mikro mulai tahun lalu dengan terbentuknya holding ultra mikro (UMi).
Jadi layanan yang berisikan entitas BRI di segmen usaha kecil dan menengah (UKM) termasuk mikro, bakal bergabung dengan layanan Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM).
Harapan terbentuknya holding adalah agar para pelaku usaha mikro tersebut bisa naik kasta yang lebih tinggi lagi. Tentu setelah mendapat ragam layanan di tiga layanan ultra mikro tersebut.
Baca Juga: Transaksi Non Tunai, Mudahkan Pedagang dan Pembeli
Menurut Wakil Direktur BRI, Catur Budi Harto, dalam ekosistem ultra mikro tersebut, porsi nasabah yang terbesar adalah yang berasal dari Mekaar. Ini adalah program pinjaman modal ultra mikro yang menyasaar kaum perempuan. Program tersebut digagas oleh PNN.
“Di ekosistem ultra mikro ini dari 36 juta nasabah yang paling banyak anggotanya Mekaar jumlahnya sekitar 15 jutaan, harapannya pesertanya bisa naik kelas,” sebutnya, Jumay (8/123).
Agar bisa mengoptimalan layanan tersebut, PNM di setiap cabang gencar mencari nasabah potensial. Salah satunya adalah di Bali.
Di Pulau Dewata tersebut ada kelompok usaha perempuan potensial yang sudah mendapatkan dana dari PNM. Yaitu Kelompok Jimbaran 11, Kuta Selatan. Ini adalah sekelompok para ibu yang bergelut di usaha kerajinan tangan. “Segala kerajinan tangan bisa kami buat,” sebut Purwaningsih, Ketua Kelompok Jimbaran 11, Kuta Selatan, kepada KONTAN di area wisata Uluwatu, Pecatu, Bali.
Menurut Purwaningsih, kelompoknya sudah mendapatkan pembiayaan dari PNM sebanyak tiga kali. Pinjaman kedua adalah sebesar Rp 3 juta. Lantas pinjaman ketiga sebesar Rp 5 juta. Ini adalah pinjaman tanpa bunga. Selama ini beban bunga ditanggung oleh pemerintah.
Baca Juga: Cara Mudah Mendapatkan Fasilitas QRIS BRI untuk Usaha Mikro
Nah, modal pinjaman tersebut, menurut Purwaningsih digunakan kelompoknya sebagai modal usaha. Karena kerap kali saat membuat pesanan kerajinan, selalu memakai uang rumah tangga. “Jadi rada bingung mengaturnya,” tuturnya.
Setelah mendapat dana dari PMN, biasanya kelompok ini langsung membagikan kepada para anggotanya sesuai kebutuhan. Setelah bisa membuat produk kerajinan, sesuai pesanan, para anggota pun langsung melunasi pinjaman yang didapat dari PMN. “Ini membantu usaha kami,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News