kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bergantung pada kredit Bank, OJK ingin pererat multifinance dan perbankan


Minggu, 29 Desember 2019 / 18:19 WIB
Bergantung pada kredit Bank, OJK ingin pererat multifinance dan perbankan
ILUSTRASI. OJK ingin pererat multifinance dan perbankan. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/ama.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ingin mempererat hubungan antara multifinance dengan perbankan. Lantaran hingga saat ini, Multifinance masih bergantung kepada perbankan dalam mencari pendanaan untuk memacu bisnis pembiayaan.

Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2B OJK Bambang W. Budiawan menyatakan telah menyiapkan strategi dalam menjalankan fungsi OJK tahun depan. Ia menuturkan regulator akan mempererat hubungan antara perbankan dan multifinance.

Baca Juga: Kredit perbankan membaik jelang akhir tahun

“Multifinance itu 80% bankable. Sudah sedikit multifinance yang aneh-aneh. Sebenarnya bank itu memberikan kredit ke multifinance kan itu jelas kreditnya kemana. Multifinance yang ngawasi kami (OJK). Beda kan kalau kasih ke perusahaan tertentu yang ga ada ngawasin,” ujar Bambang kepada Kontan.co.id pekan lalu.

Lanjutnya, OJK tidak dapat memberikan rekomendasi multifinance yang mana yang sehat bagi perbankan. Namun Bambang menuturkan setidaknya ada tiga kriteria multifinance yang layak diberikan pinjaman oleh perbankan. Menggarap segmen otomotif, milik perbankan atau milik agen pemegang merk. Juga bisa dilihat assessment di owner reputation.

PT Mandiri Tunas Finance masih akan mengandalkan sumber dana dari pinjaman bank dan penerbitan obligasi pada 2020. Direktur Keuangan MTF Armendra menyatakan MTF membutuhkan dana sekitar Rp 10 triliun hingga Rp 15 triliun untuk bisnis pembiayaan tahun depan.

“Asumsi kita tahun 2020 ada penurunan suku bunga baik via pinjaman bank dan penguatan kepercayaan investor obligasi yang kita terbitkan. Dalam penguatan likuiditas sumber pendanaan juga kita proyeksikan join financing dari mandiri meningkat. Komposisinya 30% obligasi dan 70% pinjaman bank,” ujar Armendra kepada Kontan.co.id pekan lalu.

Baca Juga: Stabilitas jasa keuangan diklaim terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi dunia

Lewat strategi tersebut, anak perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini memproyeksi kinerja pembiayaan bisa tumbuh di atas pasar. Armendra menyebut, MTF memprediksi bisnis pembiayaan tahun depan masih stagnan di posisi 3% hingga 5%.

PT BFI Finance Indonesia Tbk telah menyiapkan strategi bisnis pembiayaan tahun depan. Finance Director & Corporate Secretary BFI Finance Sudjono menyatakan tahun depan bisnis pembiayaan bisa tumbuh dobel digit.

Guna memenuhi target pembiayaan itu, Sudjono menyebut dibutuhkan dana senilai Rp 9 triliun hingga Rp 10 triliun. Perusahaan multifinance dengan sandi saham BFIN ini akan memenuhi dana tersebut dari berbagai sumber pendanaan.

“Pendanaan tidak ada masalah, kita sangat solid, pendanaan kita ada dari dalam dan luar negeri. Juga dari pasar modal, semuanya terbuka. Eksisting bank kita sudah banyak, itu kita kaji juga dari obligasi dan pinjaman sindikasi juga rutin kita terbitin. Juga dari MTN luar negeri juga kita kaji. Kita sudah siap tinggal tunggu momentum saja jadi sangat beragam,” ujar Sudjono.

Baca Juga: Kejagung cekal 10 orang terkait kasus Jiwasraya, berikut daftar lengkapnya

Ia mengaku kendati perbankan masih selektif memberikan pendanaan kepada perusahaan multifinance, BFI tidak kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank. Sudjono juga meyakinkan, BFI tidak memiliki ketergantungan pendanaan dari satu bank atau sumber pendanaan.

“Walaupun kita tidak dimiliki oleh bank, tapi kita udah kerja sama sejak lama dan bagus. Ekuitas kita yang sangat besar karena rasio modal terhadap hutang kecil, dibawah dua kali. Jadi sejauh ini sangat sehat,” jelas Sudjono.

Adapun strategi pendanaan lewat pasar modal, Sudjono bilang masih akan menerbitkan obligasi dalam mata uang Rupiah maupun dolar Amerika Serikat. Begitupun dengan pinjaman offshore juga masih akan dilanjutkan.

“Pinjaman offshore kita banyak sekali, sudah dilakukan sejak 10 tahun lalu, tahun ini kita terbit US$ 200 juta. Tahun depan kita sesuaikan. Tapi dari market harusnya bagusnya,” papar Sudjono.

Baca Juga: Tahun depan, Mandiri Utama Finance targetkan pembiayaan Rp 8,8 triliun

Tak mau kalah, PT Federal Internasional Finance (FIF Group) juga membutuhkan pendanaan senilai Rp 13 triliun untuk bisnis pembiayaan pada 2020. Direktur Keuangan FIF Group Hugeng Gozali menyatakan pendanaan tersebut akan mendukung target pertumbuhan pembiayaan sebanyak 2% di tahun depan.

Tahun depan kita proyeksikan pertumbuhan tidak banyak, seiring dengan proyeksi penjualan motor baru nasional di angka sekitar 2%. Maka kebutuhan funding FIFGroup akan berada di kisaran Rp 13 Triliun untuk proyeksi pertumbuhan pembiayaan 2%,” ujar Hugeng kepada Kontan.co.

Anak perusahaan dari PT Astra Internasional Tbk (ASII) ini telah menyiapkan strategi untuk memenuhi kebutuhan pendaan tersebut. Hugeng menyebut dana tersebut akan berasal dari obligasi, pinjaman bank nasional maupun internasional.

Baca Juga: Restruktukturisasi aset, Jiwasraya akan lepas koleksi saham undervalue tahun depan

Selain itu juga lewat pembiayaan bersama dengan bank swasta nasional. Lanjut Ia, komposisi pendanaan itu akan berimbang dari berbagai instrumen sumber pendanaan tersebut.

“Adapun pembiayaan FIF Group sampai November 2019 tumbuh 4% dari seluruh segmen. Mulai dari motor baru, motor bekas, dan elektronik. Tapi detailnya baru bisa d buka setelah audit pada akhir tahun,” kata Hugeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×