kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.307.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.680   -27,00   -0,16%
  • IDX 8.391   -3,35   -0,04%
  • KOMPAS100 1.160   -7,83   -0,67%
  • LQ45 845   -8,63   -1,01%
  • ISSI 290   -0,83   -0,29%
  • IDX30 444   -0,53   -0,12%
  • IDXHIDIV20 511   -2,43   -0,47%
  • IDX80 131   -0,99   -0,75%
  • IDXV30 138   -0,38   -0,28%
  • IDXQ30 140   -0,92   -0,65%

BI Akan Merilis BI-FRN, Bank-Bank Berminat?


Senin, 10 November 2025 / 20:16 WIB
BI Akan Merilis BI-FRN, Bank-Bank Berminat?
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI) di gedung BI, Jakarta. Bank Indonesia (BI) bakal merilis surat utang baru berbunga mengambang atau floating rate bernama BI-FRN, mulai 17 November 2025 mendatang.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) bakal merilis surat utang baru berbunga mengambang atau floating rate bernama BI-FRN, mulai 17 November 2025 mendatang. Setelah didistribusikan oleh dealer utama, bank hingga institusi nonbank bisa membeli surat utang ini. Namun, pembelian BI-FRN berpotensi menghambat fungsi intermediari perbankan.

BI-FRN (floating rate note) merupakan instrumen yang mendukung pembentukan struktur suku bunga berdasarkan transaksi di pasar uang. 

Saat ini, BI tengah membangun Overnight Index Swap (OIS), yaitu instrumen lindung nilai suku bunga melalui pertukaran antara pendapatan dengan suku bunga tetap (fixed rate) dan suku bunga mengambang (floating rate). Nah, dalam hal ini BI-FRN berfungsi sebagai underlying atau benchmark pasar bagi transaksi OIS. 

Menurut Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC) Johannes Husin, dengan membangun benchmark rupiah floating yang kredibel, pada dasarnya peluncuran BI-FRN ini menjadi langkah pendalaman pasar oleh BI.

Baca Juga: Bossman Mardigu dan Helmy Yahya Batal Jadi Komisaris Bank BJB, Apa Penyebabnya?

Johannes menilai benchmark floating memang penting bagi bisnis. Pasalnya, fixed rate bakal otomatis membawa kerugian bagi korporasi begitu terjadi kenaikan suku bunga acuan di atas fixed rate yang telah ditetapkan. 

“Fixed rate itu sebenarnya bahaya. Karena begitu suku bunga naik, komposisinya langsung berubah,” katanya saat ditemui Kontan, Senin (10/11/2025). 

Masalahnya, kata Johannes, saat ini banyak bank di Indonesia yang tidak memisahkan pengelolaan risiko bunga (interest rate risk) dan risiko likuiditas (liquidity risk). Padahal, pada dasarnya BI-FRN tak berkaitan dengan likuiditas. 

Johannes mengaku pihaknya terbuka dengan BI-FRN.

Ketertarikan yang sama disampaikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Hanya saja, saat ini BI-FRN belum diperdagangkan secara syariah. 

“Kami tentu segera akan mereview dan mempertimbangkan membeli jika ada produk dengan skema syariah,” ungkap Corporate Secretary BSI Wisnu Sunandar kepada Kontan, Senin (10/11/2025). 

Namun, Advisor Banking & Finance Development Center Moch Amin Nurdin bilang pembelian BI-FRN denegan jaminan imbal hasil yang stabil berarti perbankan bermain aman. 

Sebagai instrumen investasi, BI-FRN pasti memberikan kontribusi pendapatan di luar bunga dan nonbunga. Namun, konsekuensinya fungsi intermediari jadi bukan fokus utama. 

“Karena selain pertumbuhan kredit masih stuck, undisbursmen loan masih cukup tinggi,” jelas Amin. 

Baca Juga: Himbara Naikkan Bunga Deposito Valas hingga 4%, Persaingan Perbankan Kian Ketat

Apalagi, bank masih dilema untuk menjaga margin keuntungan atau net interest margin (NIM) dan biaya dana atau cost of fund (COF). Maka, pembelian surat utang menjadi solusi alternatif. 

Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan melihat bank tidak punya pilihan lain selain membeli surat utang ketika permintaan kredit belum membaik. 

“Undisbursed loan yang saat ini mencapai Rp 2.300 triliun belum teratasi dengan terserapnya dana likuiditas Rp 200 triliun dari pemerintah. Saat permintaan kredit lesu maka BI-FRN dapat menarik bagi bank terutama bank yang dapat mengelola sumber dananya dari dana murah,” jelasnya. 

Selanjutnya: Rekening Dinilai Dormant Jika Sudah Tidak Aktif Lima Tahun

Menarik Dibaca: Glico Kolaborasi dengan Hololive Indonesia, Padukan Dunia Nyata dan Virtual

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×