Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya pada Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) minggu lalu buka suara soal pengurangan penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) atau yang disebut juga dedolarisasi.
Perry Warjiyo bahkan menyatakan bahwa BI akan mempercepat dan memperluas kerja sama dengan negara lainnya untuk mengurangi penggunaan dolar AS dan meningkatkan local currency transaction (LCT). Hingga saat ini BI telah menjalin kerja sama dengan Thailand, Malaysia, Jepang, Filipina, dan China. Terbaru, BI menggandeng Korea Selatan.
Hal tersebut bisa kemungkinan akan membuat likuidtas valas melonggar. Data Bank Indonesia (BI) mencatat loan to deposit ratio (LDR) valas di level 80,00% per Februari 2023. Menurun dari posisi per Februari 2022 di level 82,54%.
Himpunan dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan tercatat mencapai Rp 1.272,67 triliun di Februari 2023. Nilai ini meningkat 22,19% (YoY) dari posisi Februari 2022 lalu yang sebesar Rp 1.016,24 triliun.
Baca Juga: Layanan BSI Disebut Belum Pulih Total, Nasabah Dikabarkan Mulai Pindah ke Bank Lain
Sementara itu kredit valas pebankan tercatat Rp 936,25 triliun hingga Februari 2023, hanya tumbuh 9,24% (YoY) dari posisi Februari 2022 sebelumnya Rp 857,02 triliun
Jika melihat PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), bank plat merah ini mencatatkan tren likuiditas valasnya yang masih terkontrol dengan pencapaian LDR Valas per Maret 2023 berada di level 57,38%.
Transaksi Local Local Currency Settlement (LCS) di BRI pada tahun 2023 mampu tumbuh tinggi, tercatat hingga Maret volume transaksi LCS sebesar US$ 38 juta atau tumbuh lebih dari 13.000% (YoY) secara tahunan.
"Pertumbuhan tinggi LCS di BRI saat ini tidak terlepas dari kolaborasi antara Bank Indonesia, Bank yang ditunjuk dalam kegiatan LCS (Bank ACCD) dan hingga para pelaku usaha," ata Aestika Oryza Gunarto, Corporate Secretary BRI kepada Kontan, akhir pekan lalu.
BRI mengaku sebagai salah satu bank yang ditunjuk sebagai Bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD), bank saat ini sudah mampu melayani seluruh kebutuhan transaksi LCS nasabah dalam 4 mata uang yaitu CNY, JPY, MYR dan THB.
Atas transaksi LCS di BRI, saat ini mata uang yang diperdagangkan dalam skema LCS tertinggi berasal dari mata uang JPY sebesar US$19,5 juta, kedua dari mata uang MYR sebesar US$ 12,3 juta, lau CNY sebesar US$ 6,34 juta dan terakhir THB sebesar US$ 350.000.
"Kemudahan akses kurs serta kurs kompetitif selalu kami berikan kepada nasabah agar senantiasa bertransaksi menggunakan LCS dengan rekan bisnis yang berada di wilayah mata uang LCS. Selain kurs, seluruh channel transaksi di BRI sudah dapat men-support kebutuhan transaksi LCS," katanya.
Selain Perusahaan yang dapat bertransaksi LCS dengan berbagai platform BRI, Aestika mengatakan nasabah individu juga dapat menikmati benefit kurs dari transaksi LCS dalam Cross Border Payment melalui transaksi QRIS dengan negara mitra.
Bank BRI mencatat pertumbuhan kredit valas hingga April 2023 cukup tinggi yakni mencapai 30,03% (YoY), pertumbuhan ini seiring dengan kenaikan simpanan valas sebesar 38,57% (YoY).
Baca Juga: Penyaluran KPR BNI Tumbuh 8% Menjadi Rp 54,5 Triliun pada Kuartal I
Sementara itu pada tahun 2023, Bank BRI mengaku menargetkan pertumbuhan total kredit sekitar 10-12% (YoY). Penyaluran kredit ini nantinya akan tetap difokuskan terhadap pertumbuhan ekspansi kredit di segmen UMKM, termasuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai dengan alokasi yang ditetapkan pemerintah.
Senada, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengatakan DPK Valas terus tumbuh secara secara tahunan dan rasio-rasio likuiditas yang dapat terjaga sesuai dengan ketentuan.
Bank Mandiri per Maret 2023 mencatat penyaluran kredit valas tumbuh positif sebesar 17% (YoY), ini menunjukkan penyaluran kredit valas bank masih tetap berjalan seiring dengan demand kredit Valas dan kebutuhan ekspansi bisnis. Sementara itu DPK valas juga tercatat tumbuh positif 32% (YoY).
"Bank Mandiri akan terus mengkaji serta memonitor kecukupan likuiditas dari waktu ke waktu serta mengelolanya secara prudent dan optimal," kata Rudi As Aturridha, Corporate Secretary Bank Mandiri kepada Kontan, Jumat (14/5).
Sementara itu dalam memenuhi kebutuhan likuiditas Valas, Bank Mandiri memiliki berbagai alternatif untuk melakukan pendanaan baik melalui intensifikasi strategi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), maupun pendanaan non-DPK (wholesale funding) melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan obligasi.
Namun demikian, dalam mengeksekusi strategi pendanaan tersebut, Bank Mandiri mengatakan perlu mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain opsi instrumen yang tersedia, timing yang tepat, serta kondisi pasar.
"Saat ini Bank Mandiri masih belum memiliki rencana untuk menambah produk simpanan dalam mata uang lainnnya," kata Rudi.
Sementara itu data PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) per Maret 2023 mencatat DPK valas sebesar Rp75,6 triliun, relatif flat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, kredit valas naik 13,9% (YoY) menjadi sebesar Rp41 triliun.
EVP Corporate Communication & Social Responsbility BCA Hera F. Hary mengatakan pihaknya mendukung terkait upaya pemerintah dan regulator untuk memperluas kerja sama LCT dengan negara lain. "Kami mengapresiasi kebijakan tersebut yang merupakan hal positif dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," katanya kepada Kontan.
Sebagai bank yang juga memperoleh kepercayaan menjadi ACCD, Bank BCA dapat memfasilitasi transaksi Local Currency Settlement (LCS) ke negara Malaysia, Thailand, Jepang, dan Tiongkok menggunakan mata uang lokal.
Transaksi LCS ini mencakup kegiatan pembayaran perdagangan barang dan jasa antara negara terkait, biaya sekolah, biaya berobat, biaya hidup di luar negeri, transaksi penerimaan dan pembayaran kompensasi tenaga kerja, hingga pendapatan dan pembayaran investasi.
Perseroan mencatat transaksi LCS di Bank BCA terus mengalami kenaikan sejak diimplementasikan oleh Bank Indonesia, dengan pertumbuhan lebih dari 89% (YoY) di kuartal I-2023.
"Kami berupaya memberikan kemudahan transaksi LCS bagi nasabah, sehingga ini akan terus meningkatkan jumlah transaksi di BCA," kata Hera.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News