Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan masih ada ruang untuk permintaan kredit perumahan khususnya untuk wilayah Jawa. Sementara itu, permintaan kredit rumah untuk wilayah luar Jawa diprediksi akan menurun karena pendapatan masyarakat mulai menurun akibat pertumbuhan ekonomi yang melesu.
“Di pulau Jawa pertumbuhan sekitar 12%-14% yang tergantung daerahnya,” kata Halim, Senin (9/2).
Menurutnya, rencana pemerintah ingin memangkas suku bunga Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi 5% dari 7,5% akan membantu pertumbuhan kredit untuk rumah segmen bawah. Karena tingkat bunga yang diberikan relatif lebih murah, apalagi cicilan akan sekitar Rp 500.00i ribu - Rp 600.000 per bulan.
“Dari sisi jumlah jelas akan naik, kalau dari sisi volume tergantung seberapa besar nilai kreditnya,” tambah Halim.
Berdasarkan data BI yang terbit Februari 2014, pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tercatat melambat yakni 12,7% atau senilai Rp 317,3 triliun per Desember 2014. Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan 12,9% atau senilai Rp 314,6 triliun per November 2014.
BI menilai perlambatan tersebut karena pendapatan masyarakat yang menurun. Selain itu, realisasi subsidi yang lebih rendah dan pembayaran gaji PNS periode Desember 2014 yang dibayarkan pada Januari 2015.
Halim menambahkan, saat ini, BI masih akan mempertahankan aturan loan to value (LTV) untuk kredit perumahan, meskipun bank-bank menilai kredit perumahan melambat karena aturan LTV. “Tidak ada masalah untuk pertumbuhannya, karena kami mendorong KPR lebih banyak untuk segmen di bawah,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News