Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BANDUNG. Bank Indonesia (BI) meminta nasabah bank mengurangi ketergantungan transaksi di pasar spot alias cash market dalam memenuhi kebutuhan valuta asing (valas). Maklum, instrumen pasar valas domestik masih didominasi transaksi spot, dengan pangsa pasar mencapai 73%. Sementara, pangsa pasar transaksi swap sebesar 21%.
Permintaan BI tentu bukan tanpa alasan. Peter Jacobs, Direktur Komunikasi BI, mengatakan transaksi valas melalui pasar spot akan membikin nilai tukar rupiah semakin rentan terhadap gejolak eksternal maupun internal. Karena itu, "Kami ingin pasar melalukan transaksi derivatif yang berlindung nilai," kata Peter.
Transaksi derivatif mempunyai dua fungsi, yakni sebagai lindung nilai alias hedging dan sebagai spekulasi alias exchange return. Nah, bank sentral menganjurkan, nasabah perbankan yang membutuhkan valas menggunakan transaksi lindung nilai. Tujuannya, mentransfer risiko pemegang underlying kepada counterparty ketimbang spekulasi tanpa underlying. "Nasabah yang bertransaksi valas menggunakan fasilitas hedging akan terlindungi," kata Peter.
Transaksi lindung nilai mencakup jenis transaksi derivatif valas terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) antara lain dalam bentuk transaksi forward dan swap. Nah, underlying transaksi lindung nilai berupa kegiatan ekonomi yang meliputi pembayaran utang dalam valas, kegiatan ekspor-impor dan kegiatan investasi.
BI mengakui, pasar valas domestik masih dalam tahap berkembang. Ini ditandai kondisi kelebihan permintaan valas yang relatif tetap karena keterbatasan instrumen transaksi. Alhasil, kondisi ini seringkali membikin mata uang garuda tertekan.
Salah satu strategi BI memperdalam pasar valas adalah dengan meluncurkan beleid mengenai transaski lindung nilai di bank yang meluncur bulan lalu. Michael Tjoajadi, CEO Schroder Investment Management, menilai aturan tersebut akan mendorong pelaku pasar memilih transaksi lindung nilai. Banyak nasabah bank yang akan melindungkan valas untuk mengurangi risiko goncangan valas.
"Apalagi, mendekati tahun pemilihan umum (pemilu) 2014, makin banyak pelaku pasar yang akan membutuhkan hedging valas," kata Michael. Regulator perlu memperbanyak instrumen transaksi valas untuk memperdalam pasar valas. Dengan begitu, nilai tukar rupiah bisa lebih stabil. "Jumlah instrumen Indonesia sedikit meskipun memang untuk menambah instrumen perlu ada pengawasan dan regulasi yang dalam dan baik," terang Michael.
Mengutip data BI, turnover transaksi valas di Indonesia per April 2013 hanya US$ 5 miliar. Padahal, turnover transaksi valas di Thailand mencapai US$ 13 miliar, sementara di Malaysia sebesar US$ 11 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News