kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.324   50,00   0,31%
  • IDX 7.906   -21,15   -0,27%
  • KOMPAS100 1.110   -3,68   -0,33%
  • LQ45 818   -11,31   -1,36%
  • ISSI 266   0,54   0,20%
  • IDX30 424   -4,89   -1,14%
  • IDXHIDIV20 492   -5,66   -1,14%
  • IDX80 123   -1,56   -1,25%
  • IDXV30 132   -0,72   -0,54%
  • IDXQ30 137   -1,77   -1,27%

BI Rajin Beli SBN Milik Perbankan, Risiko Jangka Panjang Mengintai


Kamis, 10 Juli 2025 / 20:10 WIB
BI Rajin Beli SBN Milik Perbankan, Risiko Jangka Panjang Mengintai
ILUSTRASI. Petugas memeriksa tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI, Jakarta, Selasa (17/12). Dalam mengelola likuiditasnya, umumnya perbankan menempatkan dana yang dimiliki pada surat berharga, termasuk Surat Berharga Negara (SBN).


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

Di perbankan sendiri, pengurangan kepemilikan surat berharga tampaknya sudah mulai dilakukan sejak awal tahun ini. Salah satunya yang mulai melakukan pengurangan tersebut adalah PT Bank Mandiri Tbk.

Memang, jika dilihat secara tahunan, kepemilikan surat berharga di Bank Mandiri masih tumbuh  tumbuh 9,22% YoY menjadi Rp 224,65 triliun di akhir Mei 2025. Namun, nilai penempatan tersebut lebih rendah dari posisi Januari 2025 yang senilai Rp 226,5 triliun.

Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara mengatakan, penempatan likuiditas pada instrumen SBN dan surat berharga lainnya sebagai salah satu alternatif instrumen aset produktif.

Baca Juga: BI Beli Lebih dari Rp 90 Triliun SBN hingga Mei

Alhasil, porsi penempatan dana pada surat berharga memang bisa berubah tergantung kebutuhan likuiditas bank.

Dalam hal ini, penempatan pada surat berhaga ini menyesuaikan dengan perubahan tren yang terjadi antara lain ekses likuiditas yang tersedia, demand dari client baik institutional maupun individual, risk appetite perbankan serta pertumbuhan kredit perbankan.

“Optimalisasi asset liability management bank menyesuaikan tren serta kondisi perekonomian,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Lani Darmawan hanya menegaskan bahwa penempatan dana pada surat berharga sangat tergantung dengan likuiditas bank.

Jikalau bank memang membutuhkan likuiditas untuk kredit, maka porsinya bisa dikurangi. “Untuk CIMB Niaga kami kurangi karena likuiditas kami gunakan untuk pinjaman,” ujarnya.

Baca Juga: Demi Pertumbuhan Kredit, BI Dorong Perbankan Kurangi SBN Lewat Insentif

Sebagai informasi, CIMB Niaga saat ini memiliki aset di surat berharga senilai Rp 70,56 triliun per Mei 2025.  Ini tercatat turun sekitar 4,49% YoY maupun 13,61% sejak akhir tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×