kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

BI Rate Naik, Sejumlah Bank Menambah Biaya Pencadangan


Selasa, 30 April 2024 / 00:56 WIB
BI Rate Naik, Sejumlah Bank Menambah Biaya Pencadangan
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di kantor cabang BCA Thamrin Jakarta, Jumat (2/7). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/02/07/2021.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan merespons kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% dengan menjaga pencadangannya (CKPN) di awal tahun 2024.

Jika menilik laporan keuangan bank-bank yang sudah rilis pada Kuartal I-2024, terdapat sejumlah bank yang mempertebal pencadangannya, seperti Bank Central Asia (BCA) misalnya.

Bank berkode saham BBCA ini secara konsolidasi telah menaikkan pencadangannya pada kuartal I-2024, yakni sebesar Rp 35,39 trilun, atau naik 1,4% secara tahunan dari pencadangan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 34,9 triliun.

Pencadangan yang menebal ini sejalan dengan naiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross BCA dari 1,76% menjadi 1,95% per 31 Maret 2024. Rasio NPL nett juga naik dari 0,57% menjadi 0,63%. Meski demikian rasio NPL BCA masih sehat dan terjaga dengan baik.

Baca Juga: Tercekik Biaya Dana Mahal, Perbankan Berupaya Tingkatkan Simpanan Tabungan dan Giro

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan, sejalan dengan Bank Indonesia yang menaikkan BI rate ke level 6,25%, perseroan akan senantiasa mengkaji dampak dari kenaikan suku bunga, serta menyiapkan strategi yang tepat untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan.

Adapun untuk pencadangan tahun ini, Vera menyebut BCA akan tetap menjaga nilai CKPN yang memadai di industri perbankan Indonesia dengan NPL coverage sebesar 220,3% dan LAR coverage sebesar 71,9%. 

"Biaya pencadangan akan senantiasa kami review sejalan dengan perkembangan kualitas aset dan kondisi perekonomian Indonesia," kata dia kepada Kontan, Senin (29/4).

Lebih lanjut Vera merinci, saat ini tren kualitas kredit di BCA terus membaik, terlihat dari  rasio loan at risk (LAR) BCA secara konsisten mencatatkan penurunan hingga mencapai 6,6% pada kuartal I 2024, dibandingkan dengan 9,8% periode sama di tahun sebelumnya.

Perbaikan ini selaras dengan portofolio kredit restrukturisasi BCA yang terus mencatatkan penurunan, seiring dengan pemulihan bisnis debitur. Adapun dari total jumlah restrukturisasi kredit saat ini, didominasi oleh kategori lancar (Kolektibilitas 1).

Selain BCA, ada BTPN Syariah yang mempertebal pencadangannya di Kuartal I-2024,  hal ini diiringi dengan rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang naik dari 3,64% menjadi 5,51% per 31 Maret 2024. 

Sementara itu, Bank CIMB Niaga juga akan menjaga pencadangannya di tahun ini. Meskipun jika melihat laporan keuangan bank berkode saham BNGA ini pada Februari 2024, dimana nilai pencadangan tercatat menurun sekitar 12,53% YoY dari Rp 13,53 triliun menjadi Rp 11,84 triliun.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan pencadangan atau CPKN telah mengikuti ketentuan di industri.

Baca Juga: Laba Bank Panin (PNBN) Naik 16,5% Jadi Rp 687,2 Miliar Sepanjang Kuartal I 2024

"CKPN sudah mengikuti ketentuan yang juga memperhitungkan asset quality serta prediksi asset quality," kata dia kepada Kontan. 

Sejalan dengan itu, agar bank tidak mengeluarkan biaya mahal untuk pencadangan, untuk itu pihaknya akan terus melakukan kontrol terutama bagi nasabah dengan bunga kredit lebih tinggi. Hal ini untuk menjaga rasio NPL tetap sehat.

Adapun jika melihat data terakhir rasio NPL CIMB Niaga per Desember 2023, dimana bank ini berhasil menurunkan rasio gross NPL nya menjadi lebih baik. Dari tahun 2022 sebesar 2,8% menjadi 2% di 2023.



TERBARU

[X]
×