Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan merespons kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% dengan menjaga pencadangannya (CKPN) di awal tahun 2024.
Jika menilik laporan keuangan bank-bank yang sudah rilis pada Kuartal I-2024, terdapat sejumlah bank yang mempertebal pencadangannya, seperti Bank Central Asia (BCA) misalnya.
Bank berkode saham BBCA ini secara konsolidasi telah menaikkan pencadangannya pada kuartal I-2024, yakni sebesar Rp 35,39 trilun, atau naik 1,4% secara tahunan dari pencadangan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 34,9 triliun.
Pencadangan yang menebal ini sejalan dengan naiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross BCA dari 1,76% menjadi 1,95% per 31 Maret 2024. Rasio NPL nett juga naik dari 0,57% menjadi 0,63%. Meski demikian rasio NPL BCA masih sehat dan terjaga dengan baik.
Baca Juga: Tercekik Biaya Dana Mahal, Perbankan Berupaya Tingkatkan Simpanan Tabungan dan Giro
Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan, sejalan dengan Bank Indonesia yang menaikkan BI rate ke level 6,25%, perseroan akan senantiasa mengkaji dampak dari kenaikan suku bunga, serta menyiapkan strategi yang tepat untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan.
Adapun untuk pencadangan tahun ini, Vera menyebut BCA akan tetap menjaga nilai CKPN yang memadai di industri perbankan Indonesia dengan NPL coverage sebesar 220,3% dan LAR coverage sebesar 71,9%.
"Biaya pencadangan akan senantiasa kami review sejalan dengan perkembangan kualitas aset dan kondisi perekonomian Indonesia," kata dia kepada Kontan, Senin (29/4).
Lebih lanjut Vera merinci, saat ini tren kualitas kredit di BCA terus membaik, terlihat dari rasio loan at risk (LAR) BCA secara konsisten mencatatkan penurunan hingga mencapai 6,6% pada kuartal I 2024, dibandingkan dengan 9,8% periode sama di tahun sebelumnya.
Perbaikan ini selaras dengan portofolio kredit restrukturisasi BCA yang terus mencatatkan penurunan, seiring dengan pemulihan bisnis debitur. Adapun dari total jumlah restrukturisasi kredit saat ini, didominasi oleh kategori lancar (Kolektibilitas 1).
Selain BCA, ada BTPN Syariah yang mempertebal pencadangannya di Kuartal I-2024, hal ini diiringi dengan rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang naik dari 3,64% menjadi 5,51% per 31 Maret 2024.
Sementara itu, Bank CIMB Niaga juga akan menjaga pencadangannya di tahun ini. Meskipun jika melihat laporan keuangan bank berkode saham BNGA ini pada Februari 2024, dimana nilai pencadangan tercatat menurun sekitar 12,53% YoY dari Rp 13,53 triliun menjadi Rp 11,84 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan pencadangan atau CPKN telah mengikuti ketentuan di industri.
Baca Juga: Laba Bank Panin (PNBN) Naik 16,5% Jadi Rp 687,2 Miliar Sepanjang Kuartal I 2024
"CKPN sudah mengikuti ketentuan yang juga memperhitungkan asset quality serta prediksi asset quality," kata dia kepada Kontan.
Sejalan dengan itu, agar bank tidak mengeluarkan biaya mahal untuk pencadangan, untuk itu pihaknya akan terus melakukan kontrol terutama bagi nasabah dengan bunga kredit lebih tinggi. Hal ini untuk menjaga rasio NPL tetap sehat.
Adapun jika melihat data terakhir rasio NPL CIMB Niaga per Desember 2023, dimana bank ini berhasil menurunkan rasio gross NPL nya menjadi lebih baik. Dari tahun 2022 sebesar 2,8% menjadi 2% di 2023.
Sementara itu Bank Negara Indonesia (BNI) juga akan menjaga kualitas kreditnya tahun ini agar biaya pencadangan bank tidak terlalu besar.
Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini mengatakan kualitas kredit perseroan pada Kuartal I-2024 terlihat semakin membaik, yang tergambar dari penurunan rasio NPL dan rasio LaR.
Dalam rinciannya, rasio NPL gross pada akhir kuartal I-2024 turun ke level 2,0%, jauh lebih rendah daripada kuartal I-2023 yang tercatat 2,8%. Berikutnya, rasio Loan at Risk turun ke level 13,3% dari tahun sebelumnya pada level 16,3%.
Adapun jika melihat laporan keuangan BNI, nilai pencadangan secara konsolidasi tercatat menurun sekitar 2% dari Rp 47,16 triliun menjadi Rp 46,34 triliun pada Kuartal I-2024. Penurunan pencadangan ini alhasil mampu mempertahankan rasio bunga bersih atau net interest margin (NIM) berada di level 4% pada akhir Maret 2024, meski menurun dari tahun lalu yang sebesar 4,68%.
"Kami menyadari adanya tren kenaikan suku bunga yang berdampak pada kenaikan biaya dana pada kuartal I-2024, sehingga terjadi penurunan margin. Namun demikian margin bunga bersih (NIM) masih dapat dijaga pada level 4%," kata Novita dalam paparan kinerja BNI, Selasa (29/4).
Selanjutnya: Saweran untuk Timnas Hingga Rp 27 Miliar, Pengusaha Optimistis U-23 Lolos Olimpiade
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News