Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Beban biaya dana alias cost of fund (CoF) masih jadi tantangan besar bagi perbankan nasional.
Kondisi ini diperkuat oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,75%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui bahwa masih ada ruang untuk penurunan suku bunga, namun langkah itu akan ditempuh dengan sangat hati-hati.
BI akan terus mencermati stabilitas nilai tukar rupiah, prospek inflasi, dan kebutuhan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Emiten Properti Pasca BI Rate Tetap 5,75%
CoF Masih Berat, SBDK Belum Bisa Turun
PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) secara terbuka menyatakan bahwa tekanan pada CoF belum mereda.
“Kenyataannya CoF masih tinggi. Kami pertahankan dulu suku bunga dasar kredit (SBDK),” ujar Lani Darmawan, Presiden Direktur CIMB Niaga, Rabu (23/4).
Ia berharap penurunan BI Rate tetap terbuka agar bisa ikut meredam tekanan CoF.
Di tengah likuiditas yang masih ketat, CIMB Niaga fokus mendorong pertumbuhan dana murah (CASA), khususnya lewat operating account, payroll, dan layanan cash management.
Baca Juga: BI Rate Tetap 5,75%, Cek Emiten Perbankan Blue Chip LQ45 yang Naik Hari Rabu (23/4)
BCA: CASA Jadi Kunci Tahan CoF
Berbeda dengan CIMB Niaga, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) alias BCA mengklaim biaya dana mereka masih terkendali, bahkan menunjukkan tren yang positif.
“CASA kita tumbuh 6% di kuartal I, sementara deposito hanya tumbuh 2,2%. Karena CASA jauh lebih murah, maka struktur CoF kami tetap efisien,” ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.
Dampaknya terlihat jelas. BCA mencetak pertumbuhan laba bersih 9,8% pada kuartal pertama 2025.
Lebih hebat lagi, cost income ratio (CIR) BCA berhasil ditekan hingga 28,5%, yang diklaim sebagai rekor terendah sepanjang sejarah perseroan.
“Cost income ratio global biasanya 45%-50%. Kami sekarang 28,5%, ini spektakuler,” tegas Jahja.
Likuiditas BCA pun tetap aman, meski kredit hanya tumbuh 2,1% quarter on quarter, karena dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi yaitu 5,3%.
Baca Juga: Bank Indonesia Kembali Tahan BI-Rate di Level 5,75% Pada April 2025
Likuiditas Ketat, Bank Perlu Inovasi Dana Murah
Pengamat perbankan dari LPPI Trioksa Siahaan menilai bahwa CoF belum turun karena likuiditas makin mengetat.
Ia menyarankan agar bank makin gencar menarik dana murah lewat inovasi yang atraktif.
“Bank bisa buat gimmick menarik seperti undian berhadiah untuk mendongkrak dana murah,” ucap Trioksa.
Ia pun menekankan bahwa bank sangat menanti penurunan suku bunga. Namun di tengah likuiditas yang mengetat, kenaikan CoF nyaris tak terhindarkan.
Selanjutnya: IHSG Berpotensi Menghijau Lagi, Kamis (24/4), Ini Rekomendasi Saham Pilihan Analis
Menarik Dibaca: Optimalkan Tumbuh Kembang, Alfamidi Dorong Keluarga Menjaga Pencernaan Balita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News