Reporter: Galvan Yudistira, Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Persaingan penyaluran kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tahun depan bisa jadi bakal sengit. Bukan cuma permintaan kredit yang belum melaju kencang, bank-bank, terutama bank swasta juga harus bersaing dengan kredit usaha rakyat (KUR) yang berbunga murah.
Maklum, tahun depan, pemerintah akan menggelontorkan KUR senilai Rp 100 triliun–Rp 120 triliun. Bunga KUR pun akan dipangkas dari 12% di tahun ini menjadi 9%. "Pemerintah telah menyediakan dana subsidi bunga sebesar Rp 10,5 triliun" kata Braman Setyo, Deputi Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha, Selasa (8/12).
Muhammad Irfan, Direktur Kelembagaan dan UMKM BRI bilang, penurunan bunga KUR bisa saja memicu persaingan bunga kredit mikro bank. Untuk KUR, BRI merupakan bank penyalur terbesar.
Hanya, menurut sejumlah bankir, sulit bagi bank memangkas bunga kredit UMKM bila suku bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate tidak ikut melandai.
Ambil contoh bunga kredit UMKM di Bank Maybank Indonesia. “Selama BI rate tidak turun, minim ruang suku bunga kredit untuk turun,” ujar Direktur Keuangan Maybank Indonesia, Thilagavathy Nadason. Pasalnya, penurunan bunga kredit UMKM sangat tergantung pada suku bunga simpanan, selain tingkat premi risiko serta besaran margin yang ditetapkan bank.
Sukarman Omar, Chief Micro Small Medium Enterprise (MSME) Bank CIMB Niaga juga mengatakan, penurunan bunga kredit UMKM akan mengacu kondisi dan persaingan pasar, termasuk kebijakan suku bunga acuan.
CIMB Niaga pada dasarnya akan memberikan suku bunga yang kompetitif di segmen UMKM dengan mempertimbangkan tingkat risiko.
Agar bisa bersaing, menurut Sukarwan, CIMB Niaga akan mengutamakan pelayanan agar menjadi pilihan masyarakat untuk segmen kredit UMKM. Sampai September 2015, penyaluran kredit UMKM CIMB Niaga naik tipis 4,9% dari setahun lalu menjadi Rp 35,26 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News