Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech peer to peer (P2P) lending PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menerapkan sistem penilaian kelayakan credit atau credit scoring berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
VP Public Relations Amartha Harumi Supit mengatakan penerapan AI dalam proses credit scoring tersebut tak terlepas dari karakteristik borrower Amartha yang merupakan segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dijalankan para perempuan di pedesaan.
"Untuk melayani segmen itu, Amartha membangun dan mendesain sistem credit scoring berbasis kecerdasan buatan atau AI yang dikembangkan secara terus-menerus dari data dan pengalaman lapangan selama lebih dari 15 tahun beroperasi di lebih dari 50.000 desa," ungkapnya kepada Kontan, Rabu (5/11/2025).
Harumi menambahkan segmen UMKM perempuan di pedesaan belum terbiasa menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Hal itu karena mereka pada umumnya menjalankan usaha berskala rumahan dan belum sepenuhnya melek digital. Oleh karena itu, mekanisme credit scoring berbasis QRIS belum cocok untuk diterapkan.
Baca Juga: Simak Strategi Amartha untuk Menjaga Kualitas Portofolio Pembiayaan
"Banyak di antara segmen tersebut yang belum sepenuhnya melek digital. Ada juga yang tinggal di wilayah dengan keterbatasan akses internet dan belum terbiasa menggunakan layanan pembayaran digital, sehingga data seperti data transaksi QRIS belum tersedia," kata Harumi.
Berdasarkan situs resmi perusahaan, Amartha mencatatkan Tingkat Keberhasilan Bayar atau TKB90 sebesar 95,61% per 5 November 2025.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) mendorong data atau jejak digital QRIS bisa digunakan sebagai dasar penilaian kelayakan kredit atau credit scoring, termasuk di fintech P2P lending. Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Juda Agung menjelaskan bahwa dasar credit scoring dibantu oleh teknologi kecerdasan imitasi atau artificial intelligence. Oleh sebab itu, dia meyakini AI punya potensi besar dalam memperluas akses keuangan masyarakat.
Baca Juga: OJK Terbitkan POJK UMKM, Begini Respons Amartha
Juda menjelaskan bahwa teknologi AI dapat mengolah jejak digital transaksi keuangan yang tercipta dari penggunaan sistem pembayaran digital, seperti QRIS. Nantinya, data olahan AI tersebut akan menjadi basis alternative credit scoring alias penilaian kredit alternatif.
Juda mencontohkan, pelaku UMKM yang sudah menggunakan QRIS akan meninggalkan jejak digital, seperti besaran pemasukan, pengeluaran, penyimpanan, hingga jumlah pelanggan.
"Jejak-jejak digital keuangan dari si ibu (pelaku UMKM) bisa diubah oleh AI menjadi suatu akses keuangan, ketika ibu itu memerlukan pinjaman dari bank atau pinjaman dari fintech lending, yang sering sekarang disebut dengan alternative credit scoring," ucapnya dalam acara FEKDI & IFSE 2025 di Jakarta, Sabtu (1/11/2025).
Juda menilai langkah tersebut sejalan dengan arah kebijakan BI dalam mendorong transformasi digital sistem pembayaran dan memperluas inklusi keuangan.
Baca Juga: Sebanyak 40% Mitra Masih Transaksi Tunai, Amartha Dorong Cashless lewat E-Wallet
Selanjutnya: Golkar Akan Segera Aktifkan Kembali Adies Kadir Jadi Wakil Ketua DPR Usai Putusan MKD
Menarik Dibaca: Mulai Desember, KAI Lakukan Penyesuaian Jadwal dan Pola Perjalanan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













