kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kepatuhan nasabah pengaruhi tingginya bunga kredit


Rabu, 25 November 2015 / 21:52 WIB
Kepatuhan nasabah pengaruhi tingginya bunga kredit


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Pemerintah terus meminta perbankan menurunkan bunga kredit demi menggerakan perekonomian nasional.

Namun, sejauh ini bankir masih bergeming.

Meskipun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate turun, bankir belum tentu menurunkan bunga kredit.

Bankir beralasan masih harus melihat faktor lain.

Direktur Utama BNI, Achmad Baequni, bilang, faktor lain itu antara lain cost of fund.

Jika perbankan menurunkan suku bunga kredit tanpa memperhatikan cost of fund maka hal ini akan berpengaruh ke kinerja.

“Di Indonesia bunga deposito masih mencapai 7,75%, tinggi memang” ujar Baequni, Rabu, (25/11).

Bankir juga harus memperhatikan kondisi likuiditas secara umum.

Jika likuiditas ketat, bankir bakal enggan menurunkan bunga kredit.

Soalnya, penurunan bunga akan meningkatkan permintaan kredit sehingga likuiditas semakin ketat.

Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin mengatakan cost of credit dan cost of operation juga menjadi salah satu pertimbangan bank menurunkan suku bunga kredit.

Cost of credit yang tinggi ini menurut Budi disebabkan karena kepatuhan nasabah Indonesia masih kurang dibandingkan dengan negara ASEAN lain.

Dengan cost of credit yang optimal, maka diharapkan cost of operation suatu bank juga bisa menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×