kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biarpun laju kredit masih lambat, bagi BI masih ok


Minggu, 09 April 2017 / 16:14 WIB
Biarpun laju kredit masih lambat, bagi BI masih ok


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan pertumbuhan kredit perbankan pada kuartal I-2017 meningkat sebesar 9% secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhan kredit ini juga ditopang pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang naik 8% yoy.

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto menjelaskan, secara year to date (ytd) pertumbuhan kredit sampai dengan akhir Maret 2017 lalu masih menurun. "Apabila dibandingkan tahunan, pertumbuhan kredit sudah mulai naik. Kami harapkan akhir tahun bisa tumbuh 10% sampai 12%," ujarnya saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (7/4)

Erwin menjelaskan, jika dilihat dari Januari-Maret 2017 permintaan kredit masih lesu karena kegiatan ekonomi swasta dan belanja pemerintah masih belum bergerak kencang di awal tahun ayam api ini. Adapun menurut data BI, pertumbuhan kredit Januari-Maret masih minus 0,7% ytd.

Secara terpisah, Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara menambahkan meski pertumbuhan kredit secara ytd masih menurun, namun hal tersebut wajar karena pola pertumbuhan di kuartal I memang selalu rendah. "Biasanya kegiatan ekonomi baru mulai kelihatan di kuartal II, III, dan IV," ujarnya.

Selain itu, dari sisi likuiditas perbankan saat ini memiliki tambahan pendanaan yang cuukup pasca masuknya dana repatriasi pengampunan pajak atau tax amnesty. Adapun dari segi resiko, BI memantau rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) masih menjadi penyebab perlambatan ekspansi kredit perbankan di awal tahun. Hingga Kuartal I, tercatat NPL masih berada di kisaran 3,1%.

Meski begitu, dari segi permodalan yang dimiliki oleh industri perbankan saat ini dianggap masih cukup kuat untuk menekan laju kredit bermasalah. Hal ini tercermin dari tingkat biaya pencadangan bank yang mencapai 102% hingga 104% dari rasio NPL. "Jadi sebetulnya cadangan perbankan Indonesia cukup untuk melindungi NPL yang terjadi dan permodalan pun sangat cukup," imbuhnya.

Mirza menambahkan, Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I hingga BUKU IV saat ini mencatatkan bantalan modal yang cukup baik, terlihat dari rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) per BUKU berada di atas 20%.

Sebagai gambaran saja, kinerja perbankan awal tahun 2017 tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu. Berdasarkan data uang beredar BI bulan Maret 2016, posisi kredit yang disalurkan perbankan hanya tumbuh sebesar 8,4% yoy menjadi sebesar Rp 4.027,2 triliun.

Sementara itu, simpanan atau DPK masyarakat di bank pada Maret 2016 tercatat hanya tumbuh 6,0%. Meski begitu, NPL di Kuartal I-2017 terpapar masih lebih tinggi kalau dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 2,83% per Maret 2016.

Asal tahu saja, per Februari 2017 bank sentral mencatat kredit yang disalurkan perbankan naik sebesar 8,4% secara yoy menjadi Rp 4.333,1 triliun. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan bulan Januari 2017 yang hanya tumbuh 8,2% yoy.

Adapun dari sisi DPK, BI mencatat per Februari 2017 DPK perbankan tumbuh 8,9% yoy menjadi Rp 4.719 triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat menurun dibandingkan DPK bulan Januari 2017 yang tumbuh mencapai 9,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×