Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana bank sentral di seluruh penjuru dunia mengerek bunga acuan bakal berpengaruh kepada bunga perbankan di dalam negeri. Tak terkecuali bunga untuk kredit pemilikan rumah (KPR).
Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan selain bunga acuan Bank Indonesia (BI), bunga KPR akan dipengaruhi oleh biaya dana atau cost of fund perbankan sebagai sumber likuiditas. “Kami harap bunga KPS bisa stabil rendah seperti saat ini. Tergantung dari pergerakan cost of fund dan BI rate juga. Namun saat ini merupakan era bunga rendah,” ujar Lani kepada Kontan.co.id pada Selasa (7/12).
Ia mengaku bunga KPR CIMB Niaga telah turun sekitar 250 basis poin (bps) dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Bahkan, saat ini, CIMB Niaga tengah memberikan promosi akhir tahun dengan bunga KPR 2,2% fix dalam satu tahun.
Lani mengaku bisnis KPR CIMB Niaga tumbuh 8% year on year (yoy) per Oktober 2021. Ia memprediksi hingga akhir tahun masih akan tumbuh dalam persentase yang sama.
“Kami tetap optimis untuk 2022 tetap akan tumbuh. Kami harapkan kondisi covid-19 membaik terus sehingga tidak ada PPKM ketat,” jelasnya.
Baca Juga: BNI bidik transaksi pembayaran di Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) 2021
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk masih optimis dengan prospek KPR pada kuartal IV-2021 ini meski harga properti diperkirakan masih tertahan. Terlebih Bank bersandi saham BBRI ini mampu mencatatkan pertumbuhan KPR BRI per September 2021 lebih dari 10% secara yoy.
Sekretaris Perusahaan Aestika Oryza Gunarto menyatakan momentum ini justru menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan investasi di sektor properti karena harga yg bersahabat dan akan sangat menguntungkan karena nilai properti yg terus meningkat seiring berjalannya waktu.
"Seiring dengan optimisme tersebut, saat ini BRI melaksanakan Event KPR BRI Virtual Expo di kuartal IV-2021 yang telah berlangsung dari 15 Okt 2021 hingga 15 Januari 2022, bekerjasama dengan lebih dari 500 developer dan menjadikan event ini sebagai Expo KPR terbesar di Indonesia," ujar Aestika kepada Kontan.co.id.
Ia juga optimistis dengan pertumbuhan KPR di tahun depan. Lantaran kondisi pertumbuhan ekonomi yang diprediksi terus membaik seiring dengan semakin terkendalinya pandemi covid-19 yang tentu akan dapat berdampak positif pada penjualan properti.
"Untuk penyaluran tahun 2022, diproyeksikan akan meningkat sebesar 11% dari tahun 2021. Dengan fokus strategi memanfaatkan potensi nasabah simpanan & pinjaman, program & promo seasonal, event KPR Virtual Expo, serta kolaborasi program BP Tapera," paparnya.
BRI juga terus melakukan inovasi digital untuk mempercepat dan mempermudah proses pengajuan KPR, seperti aplikasi pengajuan KPR di BRISpot, event pameran properti secara virtual (KPR BRI Virtual Expo), serta proses loan approval secara terpusat melalui Consumer Loan Factory (CLF).
Baca Juga: Bank Mandiri proyeksi cadangan devisa bisa sentuh US$ 150 miliar di akhir 2021
Hirwandi Gafar Direktur Consumer and Commercial Lending Bank BTN menyatakan selama tahun 2021, pertumbuhan penyaluran kredit stabil dan berkelanjutan kendati pertumbuhan kredit industri cenderung melambat. Untuk kinerja pembiayaan tahun 2021, per Oktober 2021 pertumbuhan kredit Bank BTN menembus 6%.
“Didorong pertumbuhan KPR subsidi dan KPR non subsidi. Pertumbuhan yang cenderung stabil pada tahun ini dukung oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal adalah kebijakan pemerintah lewat dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Bank Indonesia melakukan penyesuaian pengaturan batasan Rasio Loan to Value (LTV) untuk Kredit Properti (KP),” jelasnya kepada Kontan.co.id.
Juga perpanjangan jangka waktu pemberian insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ditanggung Pemerintah (DPT) ke sektor properti hingga akhir tahun 2021 menjadi katalis dari pertumbuhan kredit properti di Bank BTN.
Sementara dari faktor internal, Bank BTN terus melakukan transformasi, memperkuat jaringan stakeholder properti, aktif bekerjasama dengan komunitas, instansi dan sebagainya serta mendorong pemberian kredit untuk memenuhi supply side (seperti kredit modal kerja, kredit konstruksi dan lain sebagainya).
“Tahun depan, kami optimistis pemulihan ekonomi dapat berlanjut dengan perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) bisa mencapai 5,5% (yoy). Selain itu, Pemerintah menunjukkan komitmennya untuk mendukung pembiayaan perumahan untuk mengurangi backlog perumahan, sebagaimana tercantum pada APBN 2022,” paparnya.
Selain itu, pemerintah menargetkan penyaluran program bantuan pembiayaan perumahan sebesar 300.000 unit yang terdiri dari 200.000 unit dari FLPPP dan sisanya program pembiayaan perumahan BP Tapera.
“Tahun 2022, kami menilai demand perumahan akan tetap tumbuh berdasarkan tren saat ini terhadap permintaan rumah yang berfokus pada hunian kecil, urban area, area infrastruktur dan kemudahan kepemilikan bagi WNA, selain itu kebijakan dari Otoritas Moneter (BI) untuk menunjang pertumbuhan kredit, seperti kebijakan LTV dan suku bunga acuan yang rendah menjadi angin segar bagi pembiayaan perumahan,” jelas Hirwandi.
Ia proyeksikan pembiayaan perumahan di 2022 dapat tumbuh di atas pertumbuhan tahun 2021 yang bertumpu pada pertumbuhan KPR Subsidi maupun non Subsidi.
Felicia Mathilda Simon, Executive Vice President Consumer Credit Business Bank BCA menyatakan proyeksi penyaluran KPR di tahun 2022 nanti, diharapkan dapat mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2021.
“Segmen rumah atau debitur yang diandalkan masih sama seperti di tahun 2021, yaitu segmen pembelian properti melalui developer maupun rumah second serta adanya optimalisasi penawaran KPR kepada segmen-segmen nasabah BCA yang potensial untuk membeli rumah, seperti segmen first home buyer (millennial) dan nasabah payroll, selain segmen nasabah Prioritas BCA,” jelasnya kepada Kontan.co.id.
Ia menyatakan hingga kuartal ketiga 2021, KPR BCA telah menyalurkan kredit sebanyak Rp 95.08 triliun dengan pertumbuhan sebesar 6,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020.
“Jika dibandingkan dengan tahun 2020 lalu, penyaluran KPR BCA mengalami peningkatan yang sangat signifikan seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia yang semakin membaik, juga didukung adanya kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan industri properti,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News