Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank Muamalat Indonesia memproyeksikan pertumbuhan bisnisnya, baik DPK, pembiayaan, dan aset di semester I ini akan tumbuh di kisaran 17%-20%.
Namun tidak demikian dengan perolehan laba. Bank Muamalat mengaku laba perseroan akan tertekan akibat adanya kenaikan biaya dana alias cost of fund.
"Pencapaian laba mungkin hanya tumbuh 10% karena kenaikan biaya dana. Di sepanjang tahun ini, biaya dana kami sudah naik sekitar 50 basis poin," tutur Hendiarto, Direktur Keuangan & Operasional Bank Muamalat, Rabu (18/6).
Hingga Mei, Bank Muamalat sudah membukukan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 44,8 triliun dengan pembiayaan Rp 43,3 triliun dan aset senilai Rp 57 triliun. Sedangkan untuk laba, hingga Mei laba Muamalat hanya sekitar Rp 270 miliar.
Adanya penyesuaian tingkat suku bunga di beberapa sektor pembiayaan juga menekan net interest marjin (NIM) Bank Muamalat.
Hendi menuturkan, NIM Bank Muamalat turun 50 basis poin menjadi 4%. "Bunga pembiayaan secara selektif kami sesuaikan. Tapi tidak semua kami refresh, apalagi yang kontraknya sudah fix," jelas Hendi.
Ke depan, Hendi bilang, pihaknya masih mungkin untuk kembali menyesuaikan tingkat bunga ke sektor pembiayaan yang memiliki marjin dan turn over yang tinggi seperti pembiayaan modal kerja perdagangan. Namun penyesuaian tingkat bunga tidak langsung meningkatkan level non performing finance (NPF) Bank Muamalat yang saat ini berada pada kisaran 2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News