kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya kredit turun, laba bersih Bank BTPN naik 29% pada kuartal I-2021


Rabu, 28 April 2021 / 12:07 WIB
Biaya kredit turun, laba bersih Bank BTPN naik 29% pada kuartal I-2021
ILUSTRASI. PT Bank BTPN Tbk mencetak laba bersih di angka Rp 971 miliar pada periode tiga bulan pertama 2021.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank BTPN Tbk mencetak laba bersih di angka Rp 971 miliar pada periode tiga bulan pertama 2021. Laba bersih ini naik 29% year-on-year (yoy) dari Rp 752 miliar dari posisi yang sama tahun lalu.

Perolehan laba ini ditopang oleh beban bunga yang turun sebesar 38% yoy dari Rp 1,61 triliun menjadi Rp 991 miliar. Selain itu, biaya kredit yang lebih rendah sebesar 60% dari Rp 411 miliar menjadi Rp 164 miliar.

“Kami patut bersyukur bahwa Bank BTPN telah dapat membukukan pertumbuhan laba bersih  di tengah kondisi yang mulai membaik,” kata Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana dalam keterangan tertulis pada Rabu (28/4).

Penurunan beban bunga yang dicatat Bank BTPN sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan meningkatnya saldo dan rasio current account saving account (CASA) yang berakibat pada penurunan biaya dana. Sementara, biaya kredit pada kuartal pertama 2021 menurun akibat penyesuaian metode penerapan PSAK 71.

Baca Juga: IHSG menguat pada Rabu (28/4) pagi setelah turun dua hari

Pendapatan bunga bersih Bank BTPN turun 4% yoy dari Rp 2,91 triliun ke Rp 2,79 triliun. Penurunan pendapatan bunga bersih tetap terjaga rendah seiring dengan berkurangnya beban bunga.

Dengan permintaan kredit yang masih rendah akibat dampak dari pandemi, total kredit yang disalurkan Bank BTPN per akhir Maret 2021 turun 15% yoy ke posisi Rp 132,68 triliun. Selain karena masih rendahnya permintaan kredit, kondisi pandemi memicu sejumlah debitur untuk melunasi kredit mereka sebelum jatuh tempo.

Penurunan kredit juga terjadi akibat penurunan nilai portofolio kredit dalam mata uang asing, yang jika dampak dari translasi ini dikeluarkan, total kredit yang disalurkan hanya turun sebesar 12% yoy.

Baca Juga: Puluhan Bank Kecil Butuh Modal, Akuisisi Oleh Investor Asing dan Fintech Berlanjut

Bank BTPN berhasil menjaga kualitas kredit tetap baik, seperti tercermin dari rasio gross NPL yang berada di level 1,42%, masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,21% pada akhir Februari 2021. “Strategi kami dalam memberikan kredit adalah dengan selektif dan hati-hati. Kami juga melakukan restrukturisasi kredit sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini membantu kami menjaga rasio gross NPL tetap di level yang sehat,” kata Ongki.

Dana pihak ketiga Bank BTPN tetap tumbuh sebesar 2% yoy dari Rp 97,12 triliun pada akhir Maret 2020 menjadi Rp 98,93 triliun pada akhir Maret 2021. Hal ini didukung oleh meningkatnya sumber dana murah, atau CASA, dari Rp 28,03 triliun menjadi Rp 30,56 triliun. Dengan adanya kenaikan dana pihak ketiga, Bank BTPN dapat mengurangi jumlah borrowing untuk turut menjaga pendapatan bunga bersih.

Bank BTPN juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 199,70% dan net stable funding ratio (NSFR) 115,6% pada posisi 31 Maret 2021. BTPN mencatat penurunan aset sebesar 12% yoy, dari Rp 199,67 triliun menjadi Rp 174,72 triliun, dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) di level 27,5%.

Sebagai salah satu pionir dalam pengembangan layanan perbankan digital di tanah air, Bank BTPN terus meningkatkan keandalan Jenius, aplikasi life finance solution bagi para nasabah digital savvy, di tengah tantangan pandemi COVID-19. Hal ini didorong oleh pertumbuhan jumlah pengguna Jenius sebesar 23% (yoy) menjadi lebih dari 3,18 juta, dengan jumlah dana pihak ketiga bertumbuh 74% menjadi Rp 14,34 triliun pada akhir triwulan I-2021

Baca Juga: Kredit Bank BTPN terkontraksi 4% pada tahun 2020, ini penyebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×