Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bersama PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) merilis Batavia Technology Sharia Equity USD (BTSEU). Reksadana ini berbasis prinsip syariah yang berfokus pada sektor teknologi di pasar global.
Sebab, teknologi menjadi salah satu industri yang berkembang dengan pesat di berbagai negara tidak terkecuali di Indonesia. Tren digitalisasi yang kian menjamur juga turut mempengaruhi kemajuan inovasi teknologi yang ada di berbagai platform.
Wakil Presiden Direktur BCA Suwignyo Budiman menyatakan, perkembangan teknologi yang sangat pesat, tentu telah mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. Di mana semua lapisan masyarakat sudah menggunakan teknologi, sehingga menjadi hal yang penting dan tidak terlepas dari kehidupan.
“Maka, potensi perkembangan di bidang teknologi dinilai cukup besar, sehingga merupakan salah satu sektor yang menarik untuk diinvestasikan. Selain itu, iklim investasi di Indonesia saat ini masih menunjukkan antusiasme yang tinggi dan masyarakat semakin tergerak untuk berinvestasi melalui berbagai instrument,” ujarnya secara virtual pada Senin (7/2).
Baca Juga: Dana Kelolaan Bisnis Wealth Management BCA Tembus Rp 87 Triliun di 2021
Lanjutnya, dengan semakin maraknya investasi, penting juga untuk melakukan diversifikasi pada portfolio investasi. Maka, menyambut antusiasme positif tersebut, BCA menawarkan BTSEU sebagai solusi bagi diversifikasi investasi nasabah dan memanfaatkan tren teknologi global.
Chief Executive Officer BPAM Lilis Setiadi menambahkan kehadiran reksadana yang bertemakan teknologi global ini bisa memenuhi kebutuhan investor yang menginginkan eksposur pada perusahaan-perusahaan kelas dunia yang menjadi bagian dari megatrend dunia saat ini.
“Dengan menggandeng Franklin Templeton (salah satu perusahaan Manajer Investasi terkemuka dunia) sebagai penasihat teknis, kami percaya kehadiran Batavia Technology Syariah Equity USD dapat menjadi kendaraan yang tepat bagi nasabah BCA untuk turut menikmati pertumbuhan di sektor teknologi,” jelasnya.
Berinvestasi pada sektor teknologi memiliki potensi pertumbuhan yang menarik khususnya terkait perkembangan transformasi digital di dunia yang diperkirakan akan mencapai nilai triliunan dolar.
Terutama mayoritas (saat ini) pada pasar saham teknologi di Amerika Serikat yang menjadi pusat inovasi dan perusahaan teknologi raksasa dunia maupun yang masih sedang berkembang.
Nasabah sudah bisa mendapat informasi BTSEU melalui PIC Relationship serta tenaga pemasar BCA dan akan secara resmi hadir di Welma dan Cabang BCA mulai 16 Februari 2022. Dalam rangka peluncuran ini, BCA memberikan benefit khusus bagi nasabahnya yaitu cashback Rp 500.000 (berlaku kelipatan hingga Rp 5 juta) setiap pemesanan US$ 50.000 BTSEU hingga 11 Februari 2022.
Senior EVP Wealth Management BCA, Christine Setyabudhi menyatakan terdapat 27,7 juta nasabah per Desember 2021 yang memiliki beragam kebutuhan finansial. BCA melihat adanya kebutuhan nasabah yang tinggi di sisi Wealth Management.
“Untuk menjawab kebutuhan tersebut, BCA telah memulai langkah dengan membangun pondasi di Bisnis Wealth Management, dan berkomitmen memberikan layanan Investment Advisory, bukan hanya sekadar Pemasaran saja. Advisory ini diwujudkan dengan memberikan pandangan dan konsultasi serta diversifikasi portofolio investasi sesuai kebutuhan nasabah,” papar Christine.
Lanjutnya. salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan melengkapi produk spektrum BCA yang di sesuaikan dengan trend market agar nasabah dapat melakukan diversifikasi portofolio dengan optimal.
Baca Juga: Nasabah Wealth Management Bank Lebih Suka Tempatkan Dana di Reksadana dan SBN
Maka kehadiran produk investasi baru BTSEU di BCA ini menjadi peluang yang baik bagi investor yang ingin investasi pada sektor teknologi di pasar saham global.
Suwignyo menyatakan, dana kelolaan wealth management tumbuh 50% mencapai Rp 87 triliun di sepanjang 2021.
“Baik dana kelolaan reksadana maupun obligasi. Padahal belum lama kita coba mengembangkan produk investasi ini secara serius, ternyata minat masyarakat dan nasabah tinggi,” paparnya.
Christine berharap pertumbuhan dana kelolaan ini bisa berlanjut di tahun ini. Ia melihat tren pemilihan instrumen investasi akan terus beragam lantaran karakter nasabah prioritas juga variatif.
“Ada yang masih konservatif maka akan pilih tabungan, deposito, paling-paling obligasi. Paling ujung spektrum nasabah ada juga yang super agresif, yang pilih reksadana saham dan berani,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News