kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BII Incar Pendapatan STCF US$ 8 Juta


Selasa, 20 Juli 2010 / 07:20 WIB
BII Incar Pendapatan STCF US$ 8 Juta


Reporter: Andri Indradie | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Tahun ini, PT Bank Internasional Indonesia Tbk akan menggenjot pendapatan dari Structured Trade and Commodity Financing (STCF). Maklum saja, STCF memberikan kontribusi lumayan untuk fee based income BII.

STCF merupakan bagian dari pembiayaan modal kerja yang bertenor pendek kepada pelaku usaha perdagangan komoditas. Dari bisnis STCF ini, BII menargetkan bisa meraup sekitar US$ 8 juta. Dalam rupiah, nilainya setara dengan Rp 72,8 miliar dengan kurs Rp 9.100 per dolar AS.

Mahamantri Griwulangi, Kepala Divisi Trade Services BII, mengatakan, saat ini divisinya sudah meraup pendapatan dari STCF sekitar US$ 2,5 juta atau setara Rp 22,75 miliar. Meskipun demikian, Mahamantri optimistis target tersebut bisa tercapai meskipun STCF merupakan hal baru bagi BII.

"Bisnis STCF ini baru kami terapkan tahun ini. Hanya dengan lima orang dalam divisi, pendapatan segitu sudah bagus sekali. Tapi, tetap saya optimistis target US$ 8 juta bisa tercapai," katanya, Minggu (18/7).

Alasannya, belum banyak bank lokal yang bermain di segmen ini. Mahamantri bilang, ceruk pasar bisnis ini masih sangat besar. Pasalnya, selama ini hanya bank asing saja yang bermain di bisnis ini. Di antara bank campuran, pesaing BII hanya PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Mahamantri mengakui, risiko di bisnis STCF memang sangat besar. Sebab, tidak ada underlying aset yang bisa dijadikan jaminan saat BII mengucurkan pembiayaan. Meskipun demikian, dia yakin BII bisa sukses di bisnis ini.

"Kami sudah punya ilmunya dan memiliki mitigasi risiko yang baik, mulai dari analisis risiko neraca hingga turun ke lapangan langsung. Kalau syarat-syarat tidak memenuhi, pembiayaan tak kami berikan," kata Mahamantri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×