Reporter: Roy Franedya |
JAKARTA. Perbankan selalu berusaha untuk menjaga permodalannya agar bisnis bisa tumbuh, termasuk PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BBII). Bank milik investor Malaysia ini akan menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 12%-13% tahun ini. Per April 2012, CAR BII berada di level 12,46%.
BII menempuh dua cara untuk mencapai target itu. Pertama, tidak membagikan dividen. Dari laba bersih 2011 sebesar Rp 669 miliar, perseroan akan menggunakan Rp 66,89 miliar sebagai cadangan umum dan sisanya Rp 602,06 miliar sebagai laba ditahan.
Sebanyak 50% laba ditahan itu akan diakui sebagai modal tahun ini dan 50% sisanya akan diakui sebagai modal pada Januari 2013.
Kedua, menerbitkan subdebt. Tahun lalu, BII sudah mendapatkan izin menerbitkan subdebt berkelanjutan sebesar Rp 2 triliun. Dari jumlah itu, sudah terbit sebesar Rp 600 miliar pada akhir 2011 lalu. Artinya, BII masih memiliki kesempatan untuk menerbitkan subdebt Rp 1,4 triliun. Subdebt dapat diakui sebagai modal tier II (penunjang).
Presiden Direktur BII, Dato Khairusaleh bin Ramli mengatakan, BII membutuhkan modal kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya. Tahun ini, BII menargetkan pertumbuhan kredit 20% sampai 25%, atau sama dengan pertumbuhan kredit tahun 2011. "Kami sedang melakukan pengkajian mengenai waktu yang tepat untuk menerbitkan subdebt untuk mendukung permodalan dan pertumbuhan bisnis kami," ujarnya, Kamis (19/4).
Selain modal, BII juga berencana meminta perpanjangan pelaksanaan pelepasan saham kembali ke publik (refloating) pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) jika Juli nanti belum menemukan harga yang cocok. "Saat ini harga saham BII Rp 450 per lembar saham. Itu masih di bawah cost investment yang ditetapkan pemegang saham," katanya.
Agenda lain adalah mengganti nama BII menjadi Bank Maybank, menggunakan brand induknya di Malaysia. Perubahan nama dan merek ini menjadi agenda global Malayan Banking Bhd (Maybank). Tapi, rencana yang terakhir ini, tidak berlangsung mulus. Serikat pekerja BII menolak usulan tersebut. Regulator hingga kini juga belum mengizinkan rencana ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News