kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bila pencadangan tidak terealisasi, Bank bisa dapat laba super jumbo di akhir tahun


Kamis, 09 September 2021 / 21:19 WIB
Bila pencadangan tidak terealisasi, Bank bisa dapat laba super jumbo di akhir tahun


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan bisa mendulang laba super jumbo di akhir tahun bila pencadangan yang telah dibentuk tak direalisasikan. Sebab, Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) bank melejit seiring antisipasi bank terhadap pemburukan kualitas kredit di tengah pandemi. 

Namun, pandemi yang menekan usaha debitur dan adanya program restrukturisasi. Bank berinisiatif membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). Mau tak mau, biaya provisi ini pun menggerus laba perbankan. 

Ekonom Perbankan Binus University Dody Arifianto menyebut perbankan bisa membalikkan pencadangan menjadi laba atau reversal CKPN. Namun, langkah itu harus memiliki dasar yang tepat dan dan pembuktian perbaikan kualitas kredit per debitur.

 “Sebenarnya, angka CPKN juga dinilai oleh investor dan analis. Investor lebih suka PPOP tumbuh lebih tinggi dari pada laba bersih. Mereka tahu dan tidak senang bila laba tumbuh besar dari mengambil pencadangan,” ujar Dody kepada KONTAN, Kamis (9/9). 

Ia memprediksi meningkatkan pencadangan tidak akan terlalu tajam seiring restrukturisasi telah mencapai puncaknya. Di sisi lain, bank akan tetap mempertahankan pencadangan yang sudah ada guna mengantisipasi pemburukan kualitas kredit. 

Baca Juga: Indikator makro ekonomi Indonesia masih tahan dampak tapering off The Fed

Direktur Direktur Keuangan Bank Negara Indonesia (BNI) Novita Widya Anggraini sepakat perbankan memang bisa mengubah pencadangan menjadi laba Syaratnya, kualitas kredit terus naik kelas dan membaik. 

Ia menekankan, penting untuk berhati-hati bila bank mengambil langkah itu. Bankir harus bisa membuktikan bahwa debitur yang terdampak pandemi benar-benar sudah pulih. “Jika kualitas kredit terjaga maka tidak perlu pencadangan. Namun mengingat pandemi masih berlangsung dan untuk antisipasi maka sampai akhir tahun masih diperlukan pencadangan,” ujar Novita kepada KONTAN pada Kamis (9/9).

Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Viviana Dyah Ayu Retno bilang pencadangan dilakukan guna mitigasi pergerakan kredit berkualitas rendah. Ia memproyeksi non performing loan (NPL) di level 3,3% hingga 3,5% di penghujung 2021.

“Guna mitigasi NPL itu, kita akan melakukan pencadangan, sehingga cost of credit BRI di kisaran 3,5% hingga 3,7%. Jadi kita tidak membalikkan pencadangan untuk mendapatkan laba, tapi konservatif menjadikan pencadangan sebagai upaya mitigasi pemburukan kredit,” jelasnya. 

Direktur Bank Central Asia Vera Eve Lim menyatakan perbankan masih akan tetap melakukan pencadangan sebagai upaya refleksi kualitas kredit ke depannya sejalan dengan pemulihan ekonomi di tahun 2021. BCA masih melakukan monitoring secara intens terkait kondisi saat ini. Khususnya di tengah situasi PPKM dalam rangka menekan laju penularan pandemi COVID-19 menuju pemulihan ekonomi nasional.

Selanjutnya: Industri perbankan menjajal bisnis paylater

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×