Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Jelang pergantian kalender, harapan baru dipasang oleh pelaku industri asuransi jiwa dan umum. Maklum sepanjang Tahun Kambing Kayu ini, Dewi Fortuna menjauhi industri asuransi.
Perlambatan ekonomi domestik mengerem laju pertumbuhan pendapatan premi asuransi di tahun 2015. Nah, seiring dengan pemulihan ekonomi, perusahaan asuransi optimistis menatap tahun 2016.
Sebagai gambaran, di sepanjang tahun ini, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) semisal, membidik target kenaikan premi asuransi sebesar 20% menjadi Rp 146 triliun. Nah, pada tahun depan, AAJI yakin, premi industri asuransi jiwa bakal menanjak hingga 30%.
Bila skenario ini lancar, AAJI akan menutup Tahun Monyet Api dengan perolehan premi sebanyak Rp 189 miliar. Nasib industri asuransi umum jauh beda. Tahun ini, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) hanya yakin, perolehan premi akan naik 13% menjadi Rp 63 triliun.
Tapi di tahun depan, pertumbuhan premi ditargetkan bisa mencapai 20%. Ini berarti, dalam setahun ke depan, asuransi umum harus mengejar premi sebanyak Rp 75,6 triliun.
Yasril Y. Rasyid, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengatakan, selama ini sumbangan premi asuransi umum terbesar dari kalangan korporat dan pemerintah. Ini membuat laju bisnis asuransi umum seirama dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Jadi, ketika ekonomi lesu, pendapatan premi ikut seret. Bank Indonesia (BI) memprediksi, pertumbuhan ekonomi di 2016 berada di kisaran 5,2% hingga 5,6% atau lebih tinggi dari tahun ini yang maksimal cuma 4,8%.
Harapannya, perputaran roda ekonomi akan sedikit mendongkrak bisnis asuransi. Tapi, bukan berarti tahun depan tak ada tantangan. Di asuransi umum misalnya, beberapa faktor seperti tergelincirnya harga minyak dunia dipastikan menekan belanja investasi perusahaan.
Tentu saja, lini bisnis asuransi minyak dan gas (migas) sepi. "Pasar otomotif juga sepertinya masih butuh waktu untuk bisa pulih kembali," tutur Yasril. Strategi menaikkan premi Penetrasi masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diprioritaskan oleh industri asuransi.
Sebab, sampai saat ini, penetrasi asuransi terhadap produk domestik bruto (PDB) masih mini yakni sekitar 2,4%. Dari catatan AAJI, Indonesia berada di peringkat ke 73 dunia dilihat dari tingkat penetrasi.
Namun, berdasarkan pendapatan premi asuransi jiwa, Indonesia menempati urutan ke-34. "Bayangkan kalau angka penetrasi bisa didorong ke 4% sampai 5%, Indonesia bakal bisa masuk sepuluh besar dunia dari sisi perolehan premi," ujar Hendrisman Rahim, Ketua AAJI.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah berupaya mendorong industri asuransi lebih berkembang melalui sederet aturan. Regulator lembaga keuangan ini akan menerbitkan 16 peraturan turunan dari Undang-Undang (UU) No 40/2014 tentang Perasuransian.
OJK juga menginisiasi pemasaran produk asuransi mikro agar pasar asuransi melebar. "Kami akan terus dorong industri untuk menyentuh pasar yang lebih luas sehingga penetrasi bisa terus meningkat," ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK, Firdaus Djaelani.
Beberapa perusahaan asuransi menyiapkan strategi agar kinerja di tahun depan lebih yahud. Ambil contoh, Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera. Ahmad Fauzie, Darwis Direktur Utama AJB Bumiputera bilang akan memperluas pasar asuransi kumpulan di tahun depan.
Selama ini, Bumiputera hanya fokus di pasar korporasi. "Kami akan jajaki pasar asuransi kumpulan di pasar mikro, koperasi, BPR, hingga komunitas. Tahun depan kerja keras untuk mulai panen di 2017," kata Fauzie.
Di 2016, AJB Bumiputera juga akan menata ulang bisnis perusahaan. Salah satunya membenahi sistem teknologi. Dimulai dengan penerapan layanan online untuk produk unitlink mulai Januari nanti, disusul oleh langkah serupa untuk produk-produk tradisional.
Lalu, AJB Bumiputera juga menambah tenaga pemasar untuk mengerek premi. Dari 33.000 agen yang dimiliki saat ini, Bumiputera akan menambah jumlah agen menjadi sebanyak 100.000 orang di 2016. Sementara, PT Asuransi Adira Dinamika alias Adira Insurance menerapkan strategi berbeda.
Untuk menggenjot pendapatan premi, Adira Insurance akan mendiversifikasikan bisnis. Sehingga, ketergantungan terhadap produk asuransi kendaraan bisa ditekan karena separuh premi berasal dari segmen tersebut. Ketika pasar otomotif anjlok, bisnis Adira Insurance masih positif.
"Tahun depan mungkin kami bisa tumbuh 30% preminya," ujar Indra Baruna, Presiden Direktur Adira Insurance.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News