Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Torehan laba bersih yang positif dari sejumlah perbankan hingga kuartal III 2025 ini tidak terlepas dari kontribusi pendapatan non bunga atau kerap disebut fee-based income.
Pendapatan non bunga kini bahkan punya kontribusi yang besar dalam menyokong laba perbankan. Advisor Banking & Finance Development Center Moch Amin Nurdin menyebut bahwa bagi beberapa bank besar di tanah air, fee based income sudah menjadi penyumbang kedua setelah pendapatan bunga. Kini, bank-bank kelas menengah pun mulai mengikuti strategi tersebut.
Di tengah penyaluran kredit yang masih tumbuh melambat, perbankan mulai fokus pada peningkatan pendapatan non bunga. Jika permintaan kredit tak kunjung semarak kembali, Amin bilang, ada kemungkinan peran utama perbankan sebagai penyalur intermediasi mulai bergeser menjadi bank yang berbasis transaksional.
“Ada kemungkinan bank-bank besar untuk fee based income bisa menggeser pendapatan utama (pendapatan bunga), sehingga mereka menjadi bank yang berbasis transaksional,” ujar Amin kepada Kontan, Jumat (31/10/2025).
Setidaknya ada dua alasan mengapa perbankan terus menggenjot pendapatan non bunga sebagai salah satu kontributor pemacu laba, pertama yakni untuk mengoptimalisasi investasi digitalisasi yang sudah dilakukan oleh bank dan kedua sebagai alternatif sumber pendapatan selain pendapatan bunga dari kredit, yang lebih minim risiko.
Menurut Amin, sejumlah pos yang banyak menyokong pertumbuhan pendapatan non bunga perbankan secara umum ialah transaksi e-banking, biaya admin, cash management, dan foreign exchange.
Baca Juga: Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga Jadi Tumpuan Profitabilitas Bank
PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menjadi salah satu bank yang terus mendorong pertumbuhan pada pendapatan non bunganya. Merujuk laporan keuangan per September 2025, dicatat total pendapatan non bunga CIMB Niaga sebesar Rp 4,68 triliun atau tumbuh 6,99% secara tahunan (YoY) dari posisi sebelumnya yang sebesar Rp 4,37 triliun.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menekankan bahwa top line revenue yang berasal dari pendapatan bunga dan non bunga sebenarnya sama pentingnya. Namun, kini bank mulai memberikan fokus lebih ke pendapatan non bunga.
“Kami juga memberikan fokus lebih ke pendapatan non bunga atau fee income, karena selain mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan bunga, juga fee income tidak mengandung faktor risiko kredit yang berdampak ke CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai), sehingga lebih efisien,” ujar Lani.
Kata Lani, fee based income CIMB Niaga banyak berasal dari segmen korporasi lewat arranger fee, transaksi pada cash management, serta layanan wealth management. Ke depan Lani berharap fee based income bisa terus tumbuh dan menambah porsi pendapatan yang saat ini porsinya sudah berada di atas 30% dari total revenue.
Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga tampak makin menggenjot pendapatan non bunga. Kata Direktur Utama BRI Hery Gunardi, salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan layanan priority banking wealth management bagi nasabah di kota-kota besar.
“Ini juga satu sisi terus kita dorong untuk mendapatkan revenue yang lebih baik dan kita juga tidak hanya fokus ke CASA, tetapi juga kita ingin menemukan fee based income yang cukup di level yang kita harapkan,” jelas Hery.
Merujuk laporan keuangan hingga September 2025, dicatat pendapatan non bunga BRI sebesar Rp 79,73 triliun atau meningkat 57,53% secara tahunan, disokong oleh pendapatan fee dan komisi yang mencapai Rp 15,70 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya, pendapatan non bunga BRI dicatat sebesar Rp 50,61 triliun.
Baca Juga: Kredit Lesu, Bank Andalkan Pendapatan Non Bunga
Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat pendapatan non bunga naik 12,4% YoY menjadi Rp 21,4 triliun per September 2025. Pendapatan non bunga ini ditopang pendapatan fee dan komisi yang tumbuh 9,5% YoY menjadi Rp 15,1 triliun.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang, peningkatan ini tidak lepas dari total frekuensi transaksi BCA yang naik 78% dalam tiga tahun terakhir, serta pertumbuhan nasabah secara konsisten mencapai 43 juta rekening nasabah per akhir September 2025.
“Peningkatan frekuensi transaksi terwujud seiring inovasi layanan dan produk, serta ekspansi ekosistem transaksi perbankan secara terus-menerus, baik melalui kanal online maupun offline,” jelas Hera.
Tak ketinggalan, PT Bank Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga mencatatkan pertumbuhan pada pendapatan non bunga. Merujuk laporan keuangan, per September 2025 pendapatan non bunga BNI mencapai Rp 16,67 triliun atau naik 6,7% YoY dari sebelumnya Rp 15,62 triliun.
“Strategi digital transaction banking yang agresif juga menghasilkan pertumbuhan fee-based income,” kata Direktur Treasury & International Banking BNI Abu Santosa Sudradjat.
Dicatatnya, digital transantion banking berkontribusi sebesar 30% dari total fee-based income BNI hingga akhir kuartal III tahun 2025. Pertumbuhan tersebut banyak didorong oleh akselerasi kanal digital, khususnya aplikasi wondr by BNI dan juga kanal BNIdirect untuk segmen korporasi.
Selanjutnya: Menakar Potensi Serapan SBN Ritel Hingga Akhir Tahun dan Proyeksi Kupon pada 2026
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (1/11), Provinsi Ini Diguyur Hujan Sangat Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


/2023/07/21/18497349.jpg) 
  
  
  
  
  
  
 











