Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli
Teguh juga menyampaikan keyakinannya bahwa bisnis insurtech memiliki potensi besar, dan optimalisasi melalui teknologi akan membawa inovasi produk asuransi yang relevan dengan gaya hidup saat ini, sehingga meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh perusahaan insurtech lainnya, seperti Fuse, yang berencana untuk terus melakukan ekspansi di Asia Tenggara guna memperluas bisnisnya.
Andy Yeung, Pendiri dan CEO Fuse, menyatakan komitmennya untuk memperkuat bisnis insurtech di Indonesia dan melakukan ekspansi ke negara-negara lain di Asia Tenggara. Dia menyebut bahwa kesuksesan di Indonesia akan menjadi landasan bagi ekspansi Fuse ke negara-negara lainnya di kawasan tersebut.
Baca Juga: Pendapatan Premi Asuransi Umum Naik Dua Digit
Andy juga mencatat pencapaian bisnis Fuse selama tahun 2022, dengan nilai Gross Written Premium (GWP) lebih dari Rp 3 triliun dan penerbitan lebih dari 150 juta polis asuransi. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, GWP meningkat 200% dan jumlah polis yang diterbitkan naik 360%.
Menurut Andy, prospek bisnis insurtech di Indonesia sangat menjanjikan karena pertumbuhan teknologi digital dan peningkatan kesadaran akan pentingnya asuransi di masyarakat.
Dia menekankan bahwa insurtech menawarkan nilai tambah dengan menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, sehingga dapat menawarkan produk asuransi dengan harga premi yang terjangkau namun tetap sesuai.
Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Asuransi Umum Catatkan Kinerja Premi Positif di Awal Tahun 2024
Andy menambahkan bahwa untuk menjaga kestabilan bisnis insurtech, Fuse akan terus memanfaatkan teknologi dan memperkuat daya saing digital di Indonesia, serta membangun kepercayaan pelanggan terhadap ekosistem asuransi melalui optimasi sistem digital, proses, dan saluran distribusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News