CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.869   -9,00   -0,06%
  • IDX 7.159   -55,52   -0,77%
  • KOMPAS100 1.094   -8,85   -0,80%
  • LQ45 872   -3,29   -0,38%
  • ISSI 216   -2,49   -1,14%
  • IDX30 447   -0,91   -0,20%
  • IDXHIDIV20 540   0,71   0,13%
  • IDX80 125   -0,91   -0,72%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 149   -0,09   -0,06%

Bisnis Insurtech Masih Menarik, Diprediksi Berkembang di 2024


Rabu, 27 Desember 2023 / 14:33 WIB
Bisnis Insurtech Masih Menarik, Diprediksi Berkembang di 2024
ILUSTRASI. Di tahun 2024 diproyeksikan insurtech juga bakal semarak seiring digitalisasi yang pesat./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/24/08/2023.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat bisnis industri asuransi berbasis digital alias insurance technology (insurtech) di Tanah Air cukup menarik di tahun 2023. Di tahun 2024 diproyeksikan insurtech juga bakal semarak seiring digitalisasi yang pesat.

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menilai pertumbuhan industri asuransi erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Di mana, Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya di sekitar 5%.

Melihat hal ini, Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwyanto mengatakan diharapkan industri asuransi umum juga akan mampu melihat peluang ini dan tumbuh positif.

“Dengan perkembangan digital saat ini makin membaik sehingga asuransi dapat bertumbuh baik seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya kepada KONTAN pekan lalu.

Baca Juga: Premi Asuransi Kendaraan Ditargetkan Naik Dua Digit

Bern mengungkapkan, penggunaan aplikasi digital atau insurtech akan lebih memudahkan orang untuk mengenal kebutuhannya, memahami produk asuransi yang sesuai, serta pada akhirnya dapat membeli atau memiliki asuransi yang sesuai dengan kebutuhan.

“Untuk asuransi umum, tidak semua produk asuransi dapat di digitalisasi, masih membutuhkan pemasaran secara tatap muka. Hanya produk simple risk yang (Kendaraan bermotor personal, house hold, personal accident dan travel insurance). Tenaga pemasar masih sangat dibutuhkan,” ungkapnya.

Meski demikian, lanjut Bern, belum semua perusahaan asuransi umum beralih ke sistem digital, alasannya untuk mengadopsi teknologi ini dibutuhkan biaya yang tinggi dan tidak semua produk asuransi dapat didigitalisasi.

“Saat ini masih sedikit perusahaan yang sudah dan sedang melakukan proses digitalisasi,” terangnya.

Bern menyatakan, untuk produk masal atau mikro lebih efektif menggunakan platform online. Di sisi lain, kata dia, kebijakan transformasi digital dalam sektor jasa keuangan juga menjadi salah satu prioritas OJK tahun ini.

“Adapun, kebijakan digitalisasi di industri asuransi menjadi salah satu yang menjadi perhatian guna pengembangan digitalisasi,” terangnya.

Bern menambahkan, untuk digitalisasi meskipun jumlahnya masih sedikit, ia melihat mulai banyak perusahaan asuransi yang melirik dan berkolaborasi dengan perusahaan insurtech untuk menghadirkan asuransi digital.

“Jadi insurtech akan sangat menarik dan berkembang di tahun mendatang,” pungkasnya.

Sementara itu, PT Asuransi Simas Insurtech tampak optimis bahwa di tahun 2024 bisnis perusahaan bisa lebih baik lagi, terutama selepas gelaran pemilihan umum (pemilu).

“Di 2023 kami harap bisa tembus gross premi Rp 1,8 triliun dan tahun depan kami akan perkuat strategic partnership dengan pelaku-pelaku e-commerce dan fintech di market,” kata Direktur Utama Simas Insurtech, Teguh Aria Djana kepada KONTAN.

Teguh menerangkan, di tahun depan pihaknya akan terus memperbaiki level layanannya, selain itu juga melakukan proses digitalisasi dan otomatisasi secara optimal dalam bisnis proses di setiap bidang usaha.

Baca Juga: Simas Insurtech Uji Coba Pemanfaatan AI, Permudah Pelaporan Klaim

Sebelumnya, Ketua Umum AAUI, Budi Herawan menyampaikan, digitalisasi menyediakan produk asuransi yang terjangkau dan mudah diakses bagi pelanggan di seluruh Indonesia. Dengan begitu, kehadiran insurtech bisa menjangkau potensi ini.

“Insurtech di Indonesia diperkirakan akan tumbuh empat kali lipat selama 2021-2026 dan mencapai ukuran premi bruto yang bernilai miliaran dolar,” ujarnya.

Budi menjelaskan, pasar insurtech di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan didorong peningkatan kesadaran akan meningkatnya digitalisasi, penawaran harga yang kompetitif dan saluran distribusi yang efisien.

“Sektor ini diproyeksikan mengikuti tren pertumbuhan yang kuat dari tingkat penetrasi yang relatif rendah sekitar 3% dari populasi akibat perubahan demografis di Indonesia,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×