kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bisnis kredit konsumer fintech diyakini masih akan cerah


Kamis, 27 Februari 2020 / 20:32 WIB
Bisnis kredit konsumer fintech diyakini masih akan cerah
ILUSTRASI. Sekitar 40% pendanaan fintech disalurkan ke kredit konsumer.


Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan financial technology (fintech) yang menggarap bisnis kredit konsumer diyakini masih akan cerah. Tapi, belum banyak perusahaan fintech yang masuk ke lini bisnis yang dikuasai oleh perbankan ini.

"Anggota AFPI pembiayaan konsumer sebesar 50% dan 50% segmen produktif. Dari segi total penyaluran dana, 60% untuk produktif sedangkan 40% untuk segmen konsumer. Adapun bunganya lebih rendah yang konsumer sebesar 11%-20% per tahun," kata Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tumbur Pardede, kepada Kontan.co.id, Kamis (27/2).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Desember 2019, terdapat 164 penyelenggara fintech P2P lending atau tekfin yang berstatus terdaftar di OJK, dan 25 diantaranya sudah berstatus berizin. Namun per Februari ini, jumlah anggota AFPI menjadi 161 penyelenggara karena 1 dicabut tanda daftarnya, dan 2 lainnya mengembalikan tanda daftar.

Baca Juga: Perbankan bakal genjot kredit UMKM, begini strateginya

Adapun total penyaluran pinjaman dari fintech P2P lending mencapai Rp 81,5 triliun, meningkat 259% secara year to date (ytd). Rekening lender (pemberi pinjaman) juga meningkat 192,01% menjadi 605.935 entitas. Begitu juga rekening borrower (peminjam) bertambah 325,95% menjadi 18.569.123 entitas.

Tumbur mengakui, perusahaan fintech masih memprioritaskan segmen pembiayaan produktif karena potensi bisnisnya masih cukup besar dan mitigasi risikonya lebih baik dibandingkan dengan segmen konsumtif. "Karena peminjam akan memiliki kemampuan lebih besar untuk membayar pinjaman dari penghasilannya. Untuk kegiatan konsumtif, tingkat gagal bayar lebih tinggi," jelas Tumbur.

Namun keunggulan pembiayaan konsumtif ialah para peminjam sudah melek teknologi, tenornya lebih pendek sekitar 30 hingga 60 hari. Sedangkan produktif karena tingkat pinjamannya cukup besar, maka analisis risikonya bisa lebih lama dibanding segmen konsumer.

Baca Juga: Bank besar makin gahar mendorong pertumbuhan rekening

Tumbur bilang, Banyak UMKM yang merasakan dampak dari adanya kredit konsumer ini, khususnya dalam mendapatkan pinjaman modal.

Adanya pinjaman konsumer akan meningkatkan produktivitas. Pinjaman konsumtif sangat berhubungan dengan sektor produktif. Artinya, fintech dapat memberikan pinjaman kepada pelaku konsumer untuk meningkatkan produktivitas pelaku pinjaman tersebut.

AFPI juga memberikan suatu kebijakan kepada anggotanya yang bermain di segmen konsumer wajib untuk menyalurkan pembiayaan 25% ke sektor produktif.

Baca Juga: Fintech P2P lending Modal Rakyat sudah salurkan pinjaman Rp 170 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×