kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis wealth management industri perbankan sepanjang 2019 tetap tumbuh


Senin, 30 Desember 2019 / 21:25 WIB
Bisnis wealth management industri perbankan sepanjang 2019 tetap tumbuh


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis wealth management sejumlah bank masih tumbuh sepanjang tahun ini walaupun menghadapi tantangan berat. Sejumlah tekanan terutama yang bersumber dari ekonomi global bikin kinerja IHSG yang menjadi kiblat sejumlah produk reksadana melempem.

Tahun depan, bisnis ini diperkirakan masih akan tumbuh positif. Potensi wealth management dinilai sangat besar sejalan dengan pertumbuhan jumlah nasabah kaya di Indonesia yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan secara global.

Baca Juga: Laju kenaikan Wall Street sedikit tertahan, setelah rally panjang jelang akhir tahun

Commonwealth Bank misalnya mencatatkan dana kelolaan atau asset under management (AUM) wealth management tumbuh sekitar 3-5% sepanjang tahun ini. Itu didominasi oleh produk reksadana dengan porsi mencapai 80%.

“Total dana kelolaan kami berkisar Rp 30 triliun,” ungkap Ivan Jaya, Head of Wealth Management & Premier Banking Commonwealth pada KONTAN baru-baru ini.

Tahun depan, bank ini menargetkan dana kelolaan tumbuh 10%. Tekanan dari eksternal diperkirakan akan mereda dan pemerintah juga memiliki modal yang cukup secara politik menjalankan program kerjanya karena 74% DPR dikuasai oleh koalisi sehingga positif ke IHSG.

Baca Juga: Analis: Kompetisi sengit dari harga emas saat ini adalah saham

Commonwealth Bank memiliki beragam produk untuk menjaring nasabah kaya mulai dari reksadana, obligasi pemerintah, bancassurance, layanan valuta asing, serta produk-produk tradisional.

Ivan menjelaskan, imbal hasil produk wealth management harus dilihat dalam jangka panjang. Produk reksadana bank ini secara jangka panjang tercatat masih bagus. Sucorinvest Equity Fund misalnya memberikan imbal hasil di atas 40% 3 tahun terakhir, namun tahun ini hanya 8% dan Batavia Dana Saham memberikan imbal hasil 20% tiga tahun terakhir, tetapi hanya 2% setahun terakhir.

Perkembangan investasi reksadana tahun ini menurut Ivan memang tertekan karena faktor ekonomi global bikin IHSG sebagai acuan banyak produk reksadana hanya tumbuh tipis.

Baca Juga: Mandiri Group berburu start up di Indonesia Innovation Forum 2019

Sebaliknya produk obligasi negara memberikan imbal hasil menarik tahun ini terutama didorong oleh pemotongan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 1% tahun ini.

Guna dorong penjualan produk wealth management, bank ini melakukan inovasi dengan merilis aplikasi CommBank SmartWealth dan SmartBanca.

Bank Mandiri juga melihat potensi bisnis wealth management masih besar tahun 2019 dan tahun depan. Hingga November 2019, bank ini mencatat dana kelolaan sekitar Rp 210 triliun - Rp 213 triliun atau tumbuh 10%-15% secara year on year (YoY).

Tahun depan, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan dana kelolaan 10%. “Kami optimis karena berdasarkan laporan Capgemini, nasabah kaya di Indonesia tumbuh 13% per tahun, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan nasabah kaya di dunia yang hanya 9,5%,” Jelas Hery Gunardi, Direktur Konsumer dan Transaksi Retail Bank Mandiri.

Baca Juga: Bank akan gencar berburu komisi pada tahun depan

Bank Mandiri memasarkan produk wealth management secara lengkap. Ada sukuk, obligasi, dan SBR untuk surat berharga. Ada produk reksadana berbagai jenis, bancassurance, dan memiliki layanan Pengelolaan Dana Nasabah Individual (PDNI).

Produk PDNI merupakan kolaborasi Bank Mandiri dengan salah satu butik Bank Private dari Swiss yaitu Lombard Odier. Layanan ini menawarkan berbagai pilihan produk investasi onshore maupun offshore.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga memasarkan produk wealth management secara lengkap mulai dari obligasi, reksadana dan bancassurance. EVP Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F Haryn mengatakan, masing-masing jenis produk wealth management memiliki potensi imbal hasil yang bervariasi sesuai dengan tingkat risiko.

Baca Juga: BNI targetkan fee based income tumbuh 12%-14% tahun 2020

Dalam memasarkan produk wealth management, BCA terus meningkatkan inovasi layanan. Pada Oktober lalu misalnya, bank ini merilis aplikasi Welma yang memungkinkan nasabah bisa membeli atau menjual produk investasinya, sekaligus untuk memantau perkembangan portofolionya. Total pengguna aplikasi ini sudah mencapai 6.000.

Total dana kelolaan wealth management BCA sampai akhir tahun akan mencapai lebih dari Rp 52 Triliun. Produk obligasi relatif lebih banyak diminati nasabah.” Tahun depan dana kelolaan diharapkan bisa tumbuh 20%.” Tandas Hera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×