Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Ivan menjelaskan, imbal hasil produk wealth management harus dilihat dalam jangka panjang. Produk reksadana bank ini secara jangka panjang tercatat masih bagus. Sucorinvest Equity Fund misalnya memberikan imbal hasil di atas 40% 3 tahun terakhir, namun tahun ini hanya 8% dan Batavia Dana Saham memberikan imbal hasil 20% tiga tahun terakhir, tetapi hanya 2% setahun terakhir.
Perkembangan investasi reksadana tahun ini menurut Ivan memang tertekan karena faktor ekonomi global bikin IHSG sebagai acuan banyak produk reksadana hanya tumbuh tipis.
Baca Juga: Mandiri Group berburu start up di Indonesia Innovation Forum 2019
Sebaliknya produk obligasi negara memberikan imbal hasil menarik tahun ini terutama didorong oleh pemotongan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 1% tahun ini.
Guna dorong penjualan produk wealth management, bank ini melakukan inovasi dengan merilis aplikasi CommBank SmartWealth dan SmartBanca.
Bank Mandiri juga melihat potensi bisnis wealth management masih besar tahun 2019 dan tahun depan. Hingga November 2019, bank ini mencatat dana kelolaan sekitar Rp 210 triliun - Rp 213 triliun atau tumbuh 10%-15% secara year on year (YoY).
Tahun depan, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan dana kelolaan 10%. “Kami optimis karena berdasarkan laporan Capgemini, nasabah kaya di Indonesia tumbuh 13% per tahun, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan nasabah kaya di dunia yang hanya 9,5%,” Jelas Hery Gunardi, Direktur Konsumer dan Transaksi Retail Bank Mandiri.
Baca Juga: Bank akan gencar berburu komisi pada tahun depan
Bank Mandiri memasarkan produk wealth management secara lengkap. Ada sukuk, obligasi, dan SBR untuk surat berharga. Ada produk reksadana berbagai jenis, bancassurance, dan memiliki layanan Pengelolaan Dana Nasabah Individual (PDNI).