kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BNI masih menunggu respon Kemenneg-BUMN


Selasa, 12 Juli 2011 / 16:01 WIB
BNI masih menunggu respon Kemenneg-BUMN
ILUSTRASI. Taman dengan air mancur berkabut di areal Balai Pemuda Surabaya. Cuaca hari ini di Jawa dan Bali: Yogyakarta cerah berawan, Surabaya cerah.


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Ruisa Khoiriyah

JAKARTA. Kendati sudah melayangkan surat resmi rencana meminang Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) sejak dua bulan silam ke Kementerian Negara BUMN, sampai saat ini Bank BNI belum mendapat respon dari pemerintah selaku pemegang saham mayoritas.

Yap Tjay Soen, Direktur Keuangan Bank BNI, mengungkapkan, BNI sudah mengirimkan surat resmi rencana mengakuisisi BPUI ke Kementerian Negara BUMN. "Surat tersebut merupakan proposal resmi kami terkait rencana akuisisi BPUI, sudah kami kirimkan ke Kemenneg BUMN sekitar dua bulan lalu," jelasnya di Jakarta, hari ini (12/7).

Yap menjelaskan, proposal resmi yang mereka ajukan ke Kemenneg BUMN tersebut belum memuat secara rinci opsi-opsi mekanisme akuisisi BPUI. Namun, pada dasarnya, BNI mengantongi dua opsi mekanisme akuisisi. Pertama, dengan penukaran obligasi rekapitalisasi (bond swap). Kedua, dengan pembelian menggunakan uang tunai. Maklum, Bank BNI saat ini masih mengantongi duit banyak hasil dari aksi rights issue sekitar Rp 10 triliun tahun lalu. "Kami belum putuskan karena kami harus melakukan valuasi terlebih dulu terhadap objek akuisisi, baru memikirkan opsi pembeliannya seperti apa," jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Bank BNI Gatot M. Suwondo menegaskan hanya tertarik membeli BPUI dengan opsi penukaran obligasi rekap milik BNI senilai Rp 17 triliun. Sedangkan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan, cenderung kurang setuju. Pemerintah menyarankan BNI menjual dulu obligasi rekap yang ia miliki ke pasar dan menggunakan dana hasil penjualan itu untuk membeli BPUI.

Bank BNI sejauh ini masih menunggu respon dari pemerintah sebelum melangkah lebih jauh meneruskan proses due dilligence dan seterusnya. "Kami menyadari proses di pemerintah kan ada waktu, apalagi ini sama-sama BUMN sehingga harus melibatkan DPR juga, jadi ya kami tunggu saja," tandas Yap.

Dalam kesempatan sebelumnya, Direktur Utama BPUI Heri Sunaryadi mengungkapkan nilai konsolidasi BPUI ketika itu sekitar Rp 3,5 triliun-Rp 4 triliun. "Kami sudah beberapa kali berbicara dengan Bank BNI tentang rencana akuisisi ini, dan struktur yang kami ajukan mendapat apresiasi dari BNI," ujarnya, ketika itu (Lihat Harian KONTAN, 25 Maret 2011).

BPUI memiliki program internal quantum leap sejak 2009 untuk menggenjot performa, melalui terobosan produk, layanan maupun perluasan pasar anak usaha BPUI. Yakni, Bahana Securities, Bahana Artha Ventura, Bahana TCW Investment Management, dan Graha Niaga Tatautama. "Nilainya akan strategis," imbuh Heri. Unit bisnis BPUI dengan BNI bisa saling melengkapi. Misalnya, Bahana Artha Ventura yang berkutat di segmen mikro akan melengkapi penetrasi kredit BNI. Bahana Securities yang kuat di segmen investment banking akan saling melengkapi dengan BNI Securities yang kuat di segmen ritel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×