kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BNI Sebut Kenaikan Bunga BI Tak Akan Signifikan Berdampak ke Kinerja


Rabu, 14 September 2022 / 10:03 WIB
BNI Sebut Kenaikan Bunga BI Tak Akan Signifikan Berdampak ke Kinerja
ILUSTRASI. Dampak kenaikan bunga BI rate hanya pada biaya dana atau cost of fund BNI.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) kenaikan suku bunga acuan yang sudah dilakukan Bank Indonesia (BI) tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perseroan. 

Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, menyampaikan pihaknya telah melakukan stress test terkait kebijakan BI itu dan hasilnya ditemukan tidak ada dampak signifikan terhadap kinerja BNI. "Kami pantau, dari sisi likuiditas masih cukup ample dan tidak terlalu terpengaruh oleh kenaikan suku bunga itu," katanya dalam paparan publik secara virtual, Selasa (13/9).

Dia bilang, dampak kenaikan bunga tersebut hanya pada biaya dana atau cost of fund. BNI memperkirakan akan ada potensi kenaikan biaya dana sampai akhir tahun dari posisi 1,4% pada Juni 2022.

Baca Juga: Rasio Dividen Bank BUMN Ini Bakal Lebih Besar Tahun Depan

Sementara dari sisi pendapatan bunga, kata Novita, BNI tidak akan serta-merta menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan BI tersebut terhadap bunga kredit kepada debitur. Penyesuaian akan dilakukan dengan melihat profil risiko dari masing-masing debitur. 

“Sebagai kompensasinya, kami akan meningkatkan kapabilitas digital kami, sehingga debitur-debitur tersebut mampu bertransaksi dengan BNI 100%, sehingga tentunya ini akan mendatangkan fee based income untuk BNI,” lanjut Novita. 

Di samping itu, BNI juga terus memupuk pencadangan untuk mengantisipasi resiko kredit. Per Juni 2022,rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BNI tercatat di level 3,2% atau sebesar Rp 19,46 triliun, turun dari 3,9% pada periode yang sama tahun lalu atau senilai Rp 22,4 triliun.

Baca Juga: Likuiditas Valas BNI Masih Longgar, Ini Penyebabnya

Secara konservatif, BNI telah meningkatkan pencadangan secara berkala.  Per Juni 2022, perseroan telah menyiapkan pencadangan terhadap NPL sebesar 263,3%, naik dari 215,3% pada Juni 2021. Sementara pencadangan terhadap loan at risk (LAR) sudah mencapai 42%. 

Menurut Novita, rasio pencadangan itu sudah cukup untuk mengantisipasi apabila relaksasi kredit restrukturisasi Covid-19 akan dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan. Apalagi, BNI juga tidak melihat adanya potensi pemburukan aset yang signifikan jika relaksasi itu dinormalkan kembali.

"Jadi kami melihat bahwa secara pembentukan pencadangan sudah mencapai level yang aman. Dengan begitu rasio cost of credit ke depan akan bisa diturunkan dari posisi Juni 2022 berada di level 1,9%," ujar dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×