Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menargetkan sampai akhir tahun ini akan mencapai pertumbuhan kredit sebesar 14% sampai 15%. Target ini memang cukup ambisius di tengah perkiraan pertumbuhan kredit rata-rata perbankan di Indonesia 8,3%.
Jika target ini berhasil maka pada sampai akhir tahun BNI diproyeksikan akan mencapai target kredit sebesar Rp 319,3 triliun. Sebagai gambaran sampai semester pertama tahun ini, bank berlogo 46 ini, sudah mencapai penyaluran kredit sebesar Rp 288,7 triliun atau 90,4% dari target sampai akhir tahun.
Sekertaris Perusahaan BNI Tribuana Tunggadewi mengatakan secara umum pertumbuhan kredit perbankan tahun ini memang melambat terimbas kondisi ekonomi. Permintaan kredit turun lantaran pengusaha atau debitur masih menunggu kondisi usaha lebih baik. Di sisi pemberi kredit, bank menjadi lebih selektif dan hati-hati dalam penyaluran kredit baru.
“Sampai dengan akhir tahun 2015, BNI mentargetkan pertumbuhan kredit 14%-15% dan sampai dengan semester I-2015 BNI telah mencapai pertumbuhan kredit 12.1% yoy,” ujar Tribuana kepada KONTAN, Minggu, (13/9).
Nah, dengan harapan bahwa pertumbuhan ekonomi pada semester dua akan lebih baik dengan ditandai pengeluaran belanja pemerintah yang lebih besar, BNI masih optimistis target pertumbuhan kredit sampai akhir tahun akan tercapai.
Untuk mencapai pertumbuhan kredit sampai akhir tahun, BNI melakukan beberapa strategi. Pertama menetapkan beberapa sektor industri sebagai skala prioritas. Kedua adalah meningkatkan rantai pasokan. Ketiga adalah memperbaiki proses pemberikan kredit dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas sumber daya yang sesuai dengan strategi perkreditan.
Dengan target pertumbuhan kredit yang signifikan sampai akhir tahun tersebut, menurut Dewi, panggilan akrab Tribuana, BNI juga tetap akan menjaga kuliatas asset dengan peningkatkan supervisi dan monitoring secara isentif. Selain itu, BNI juga meningkatkan kulitas sumber daya manusia dan penguatan dalam hal restrukturisasi kredit macet.
Jika kredit telah terlanjur macet, perseroan akan mendahulukan opsi penyelamatan kredit. Ini dilakukan menimbang potensi bisnis dan kemampuan finansial yang ada. Nah, terkait dengan opsi penyelamatan kredit ini, BNI juga melakukan penyesuaian suku bunga atau reconditioning, dan perpanjangan waktu atau rescheduling. “Apabila kredit macet tersebut tidak berhasil diselamatkan, maka baru dilakukan proses hapus buku sebagai upaya terakhir,” ujar Dewi.
Sampai akhir tahun, untuk mengantisipasi kenaikan kredit macet atawa NPL, perseroan akan meningkatkan coverage ratio diatas 139% seperti yang dicapai pada semester petama. Penentuan CKPN ini juga disesuaikan dengan perbaikan kualitas asset. Sebagai informasi pada semester pertama NPL BNI tercatat sebesar 2,98% atau mengalami kenaikan dibandingkan semester pertama sebelumnya yaitu 2,19%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News