Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Di saat industri perbankan mengalami tekanan, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) justru masih bisa mengukir kinerja lumayan. Di 2016, BNI mencetak laba bersih sebesar Rp 11,34 triliun, tumbuh 25,1% secara tahunan (year on year/yoy).
Suprajarto, Wakil Direktur Utama BNI mengatakan, kenaikan dobel digit laba bersih berasal dari pendapatan bunga bersih (NII) dan pendapatan non bunga (fee based income) yang tumbuh tinggi. Yakni, masing-masing tumbuh 17,4% dan 23,1% menjadi Rp Rp 29,99 triliun dan Rp 8,58 triliun per akhir 2016.
Mesin pencetak laba juga bersumber dari penyaluran kredit yang melesat 20,6% menjadi Rp 393,27 triliun. Kinerja ini jauh di atas penyaluran kredit industri yang hanya naik 9% di 2016.
Segmen kredit yang tumbuh paling tinggi adalah kredit berbasis payroll yang melonjak 128%. Disusul kredit ke perusahaan milik pemerintah (BUMN) tumbuh 33,3%, dan kredit korporasi naik 21,0%.
Kami menargetkan laba bersih tumbuh dobel digit di 2017, ujar Panji Irawan, Direktur Tresuri dan Internasional BNI, Kamis (26/1).
Agar bisa melanjutkan pertumbuhan laba, BNI menargetkan kredit tumbuh 15%-17% di tahun ini dengan segmen kredit yang didorong adalah segmen kredit usaha kecil dan menengah (UKM) dan korporasi. Seluruh segmen kredit lain pun ditargetkan tumbuh dobel digit. Contoh, kredit korporasi targetnya tumbuh 20%-24%, kredit medium tumbuh 19%-23%, dan kredit konsumer mendaki 11%-14%.
Surat utang
BNI memacu kredit sembari memburu pendanaan. Pasalnya, pertumbuhan tinggi kredit membuat BNI mengalami pengetatan likuiditas. Kendati dana pihak ketiga (DPK) naik 17,6% di 2016, namun rasio likuiditas (LDR) naik ke level 90,4% dari 87,8% di 2015.
Tahun ini BNI mengincar DPK tumbuh 15%-17%. Selain DPK, BNI memburu dana hingga Rp 10 triliun melalui penerbitan surat utang.
Rinciannya, penerbitan surat utang di kuartal II-2017 sebesar Rp 5 triliun. Kemudian Rp 3 triliun dalam bentuk negotiable certificate of deposit (NCD) pada 1-2 bulan mendatang dan Rp 2 triliun dalam bentuk lain.
Bank berlogo 46 ini juga mencari dana murah lewat skema pinjaman bilateral dalam valuta asing (valas) senilai US$ 500 juta. Pada tahun ini, BNI menjaga LDR di bawah level 90%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News