Reporter: Nina Dwiantika, Mona Tobing | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Sanksi Bank Indonesia (BI) pada Mei lalu yang melarang Citibank berbisnis wealth management selama setahun dan menerbitkan kartu kredit selama dua tahun berdampak signifikan terhadap kinerja bank asal Amerika Serikat (AS) itu. Laba bersih Citibank Indonesia tergerus.
Selama periode Januari hingga September 2011, Citibank hanya berhasil membukukan laba bersih sekitar Rp 1,01 triliun. Angka ini menyusut 27,3% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,38 triliun.
Asisten Wakil Direktur Hubungan Korporasi dan Institusi Citibank, Mona Monika mengatakan, penurunan laba tersebut akibat kenaikan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Hingga September 2011, BOPO Citibank nongkrong di 88,49%. Padahal di periode sama tahun lalu, rasio BOPO berada di 73,67%.
Pemicu kenaikan BOPO adalah meroketnya beban operasional, selain bunga sebesar Rp 3,79 triliun alias meningkat 21,76%. Sementara pendapatan operasional non-bunga hanya naik Rp 2,16 triliun atau 1,79%.
Kenaikan yang signifikan terjadi di beban non-bunga, akibat melonjaknya biaya tenaga kerja sebesar 23% menjadi Rp 677,236 miliar. "Biaya naik karena kami merekrut 1.400 karyawan collection," ujar Mona.
Citi Country Officer Citibank Indonesia, Tigor M. Siahaan menambahkan, selain tingginya beban operasional, penurunan laba juga akibat menurunnya net interest margin (NIM) dari 5% menjadi 4%. Penurunan ini sejalan imbauan bank sentral agar perbankan menawarkan bunga murah.
Ekonom Universitas Atma Jaya, A Prasetyantoko berpendapat, anjloknya laba bersih Citibank murni akibat sanksi BI, bukan karena transfer pricing atau transaksi antara perusahaan di Indonesia dengan anak usaha atau induk usahanya di luar negeri. Selain larangan menerbitkan kartu kredit dan berbisnis wealth management, Citibank juga dilarang menggunakan jasa debt collector selama dua tahun. "Dampaknya sangat signifikan" ucapnya.
Tahun depan, Citibank optimistis dan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 22%. Naik dibandingkan tahun ini, yang tumbuh antara 15% - 22%. "Dengan pertumbuhan 22%, kami menargetkan pendapatan dan laba akan naik," kata Tigor, Senin (28/11). Ia tak menyebutkan besar kenaikan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News