Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Badan Penyelenggara Jaminan Sosia (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat hasil investasi yang cukup bagus. Hingga Agustus lalu, BPJS Ketenagakerjaan mencatat imbal hasi dana jaminan sosial (DJS) mencapai sebesar Rp 16,9 triliun dan hasil investasi perseroan tercatat mencapai Rp 633 miliar. Hasil investasi ini sudah mencapai sebesar 90% dari target akhir tahun.
"Menurut saya, Insyah Allah tercapai target akhir tahun karena hingga Agustus sudah mencapai angka sebesar 90% dari target. Mudah-mudahan bisa tercapai sepanjang situasi ekonomi dan politik sama seperti sekarang,"ujar Herdy Trisanto, Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan.
Dana investasi sendiri per akhir Agustur telah mencapai sebesar Rp 167,2 triliun untuk dana jaminan sosial dan Rp 7,3 triliun dana investasi perusahaan. Dana jaminan sosial sendiri didapat dari iuran peserta, yaitu iuran jaminan hari tua, iuran kecelakaan kerja, dan iuran kematian.
Alokasi dana investasi DJS ditempatkan pada sejumlah instrumen investasi. Mayoritas masih ditempatkan di obligasi sebesar 41%, deposito sekitar 37% , saham sekitar 15%, dan sisanya ditempatkan di instrumen investasi reksadana, penyertaan langsung dan properti.
Menurut Herdy, dalam menempatkan investasi pihaknya selalu menyesuaikan dengan ketentuan yang telah diatur dan melihat kemana kira-kira dana investasi tersebut bisa mendapatkan imbal hasil yang paling menguntungkan. Pihaknya selalu melakukan analisa di awal tahun untuk melihat instrumen investasi yang menguntungkan. Dengan begitu, hingga Agustus, BPJS Ketenagakerjaan belum melakukan perubahan alokasi dan ainvestasi sejak awal tahun ini.
Sepanjang 2014 ini, BPJS Ketenagakerjaan menempatkan dana investasinya di instrumen obligasi yang merupakan instrumen investasi yang paling menguntungkan dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Penembatan investasi di obligasi mempunyai suku bunga di atas deposito, resiko lebih aman dibandingkan saham, dan memiliki likuiditas yang cukup tinggi. "Jadi suatu saat butuh uang bisa dijual dan suku bunganya lebih besar daripada deposito,"ujarnya.
Sedangkan untuk penempatan investasi di saham tidak terlalu besar karena resiko yang cukup tinggi. Untuk mengamankan dana investasi peserta dan perusahaan, Herdy bahkan menyebut penempatan dana investasi hanya di saham-saham bluechip. "Untuk penempatan di saham kami lihat faktor fundamental yang bagus dan menempatkannya di saham-saham bluchip, itu pun hanya saham yang masuk di 10 besar," ujar Herdy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News