Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar, menilai pengelolaan investasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan masih belum optimal.
Investasi pada instrumen berbasis ekuitas seharusnya bisa lebih dimaksimalkan. Sebab, Timboel menyebut, saham dan reksadana berpotensi memberi imbal hasil yang lebih besar dibanding surat utang.
“Investasi pada instrumen saham dan reksadana seharusnya lebih dimaksimalkan, karena kedua instrumen ini memiliki potensi imbal hasil yang lebih besar dibandingkan surat utang negara,” ujar Timboel kepada Kontan, Jumat (7/2).
Namun untuk merealisasikannya, dibutuhkan dorongan dari sisi regulasi. Timboel berharap ke depannya terdapat penyesuaian regulasi terkait dengan portofolio investasi yang lebih beragam, seperti instrumen emas, karena emas juga memiliki kecenderungan yang terus meningkat.
Baca Juga: Dana Kelolaan Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan Tumbuh 9,1% di 2024
"Memang diharapkan di tahun 2025 ini ada kebijakan untuk menambah portofolio di saham dan reksadana. Tentunya dengan kehati-hatian yang tetap dijaga, seperti tidak membeli saham bodong," ujarnya kepada Kontan, Jumat (7/2).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan alias BP Jamsostek mencatatkan hasil investasi Dana Jaminan Sosial (DJS) sebesar Rp 51,36 triliun pada 2024. Nilai ini meningkat 11% secara year on year (YoY).
Meski kondisi pasar saham cukup menantang, hasil investasi badan sosial tersebut masih meningkat karena terdorong investasi di keranjang pendapatan tetap.
Hingga periode tersebut, instrumen obligasi masih mendominasi dengan penempatan terbesar, mencapai sekitar 75% terhadap total portofolio BPJS Jamsostek. Diikuti oleh deposito, saham, reksadana, dan penyertaan langsung.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Catat Hasil Investasi Rp 46,8 Triliun per November 2024
"Dalam mengelola portofolio investasi kami tetap menerapkan strategi Liability Driven Investing, yakni mengutamakan ketersediaan dana dan hasil yang memadai untuk memastikan pemenuhan liabilitas baik jangka pendek maupun jangka panjang," kata Deputi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan Oni Marbun kepada Kontan, Kamis (6/2).
Selain itu, pengelolaan investasi dilakukan secara aktif dan dinamis (Dynamic Asset Allocation), menyesuaikan proporsi alokasi aset investasi seperti saham, reksadana, surat utang, dan deposito sesuai dengan tingkat return yang attractive dan peluang/potensi return di masa depan.
Lebih lanjut, Oni menyatakan, imbal hasil investasi (yield on investement/YOI) BPJS Jamsostek tercatat sekitar 6,84% sepanjang tahun 2024.
"Adapun untuk tahun 2025 ini kami masih menunggu dari regulator dalam hal kepastian penetapan target return (YOI) dana jaminan sosial (DJS) dan Badan yang akan dilakukan dalam waktu dekat," tuturnya.
Baca Juga: Tumbuh 11%, BPJS Ketenagakerjaan Kantongi Hasil Investasi Rp 51,36 Triliun pada 2024
Selanjutnya: Perluas Portofolio, Dharma Polimetal (DRMA) Battery Energy Storage System
Menarik Dibaca: 10 Makanan yang Sehat bagi Penderita Diabetes agar Tubuh Tidak Lemas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News