Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kendati siap menurunkan bunga kredit, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) akui menemukan kendala dalam melakukannya. Perbankan dengan daerah operasi ke sektorUsaha Kecil menengah (UMKM) itu sulit menekan biaya operasional alias overhead cost sehingga efisiensi sulit untuk ditingkatkan.
Direktur Utama BPR Tapeunadana, Depok Sawaluddin mengatakan tingginya overhead cost ini lantaran BPR masih mengandalkan banyak sumber daya manusia (SDM) untuk operasi sehari-hari.
Bandingkan dengan bank umum yang telah banyak memanfaatkan teknologi, seperti layanan e-banking ataupun Anjungan Tunai Mandiri (ATM) sehingga meningkatkan penghasilan non bunga atawa fee based income dan dapat menekan overhead cost. "Biaya kami tinggi karena banyak tenaga kerja. Porsi tenaga kerja saja menyumbang 70% dari biaya dana," keluhnya kepada KONTAN, Senin (24/1).
Sawaluddin menampik bahwa bunga pinjaman BPR tinggi. Menurutnya, bunga pinjaman BPR relatif sama apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman yang diberikan oleh bank umum untuk sektor UMKM. Saat ini, bunga pinjaman BPR Tapeunadana di kisaran 1,5-2% per bulan "Kalau dibilang tinggi sih enggak. Kami 1,5-2% per bulan, itu nggak mahal. Coba saja bandingkan dengan kredit mikro di bank umum juga 1,5% per bulan," ujarnya kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News